Short Apologetics - Banyak Salinan Perjanjian Baru, Mengapa Takut?

Banyak sekali yang merasa getir, ragu dan bingung ketika dinyatakan "Naskah salinan Perjanjian Baru banyak. Bagaimana kamu tahu yang asli?". Luthy dalam bukunya Sejarah Penyalinan Perjanjian Baru memberikan gambaran bagi kita semua bagaimana salinan itu berpengaruh bagi Kekristenan sekarang. Luthy memberikan analogi sebagai berikut:

Bila Anda memiliki resep kue yang lezat sekali. Kemudian ada lima teman Anda yang datang menyicipi dan meminta resep. Mereka melakukan penulisan resep di kertas yang baru berdasarkan resep tersebut. Tak lama kemudian secara tiba-tiba Anda menghilangkan resep tersebut. Akhirnya Anda harus dan mengandalkan kelima catatan dari teman-teman Anda. 

Tiga diantaranya menuliskan sama baik alat, takaran bahan dan bagaimana caranya. Dari ketiganya, ada yang tak sengaja tersobek, ada yang basah, ada yang menulis dengan urutan terbalik.

Satu menghilangkan beberapa takaran, dan satu menambahkan bahan baru yang tidak tercatat dengan ketiganya tetapi masih relevan untuk resep Anda. 

Luthy berkata lebih baik mempertimbangkan ada yang menambahkan bahan baru daripada menghilangkan salah satu komposisi dalam tulisan tersebut. Pertanyaannya, dapatkah Anda melakukan rekonstruksi resep tersebut? Jelaslah dapat! Dapatkah Anda mengetahui yang mana resep asli Anda? Ya!

Kekristenan awal melakukan pengagungan kepada Yesus secara lisan. Hal ini terbukti karena mereka menjaga kemurnian iman dalam penganiayaan Kaisar Caligula, Claudius, Nero, dengan tulisan di dinding peninggalan katakombe (bawah tanah) dan bagaimana bencinya Romawi terhadap Agama lain (karena Kristen menyebut Yesus sebagai Tuhan ketimbang kaisar). 

Penyampaian lisan pengajaran Yesus Kristus adalah Tuhan membuat mereka bisa memfilter setiap informasi yang diterima. Alisa Childers dalam buku Another Gospel menyatakan pengakuan iman mula-mula tercatat dalam 1 Korintus 15: 3-5. 

1 Korintus 15:3-5 (TB) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.  

Saat itu, para Murid dan Murid dari Rasul masih hidup, mereka dapat dengan mudah mendeteksi ajaran sesat. Seperti legalisme Yudaisme (harus menjadi Yahudi saat percaya Kristus) dalam Kis 14-15, kemudian ajaran Doketisme yang salah satu pentolannya ialah Cerinthus, bagaimana kesesatannya membuat Rasul Yohanes melarikan diri dari permandian umum di kota Efesus dan catatan sejarah lainnya sebagaimana yang dicatat oleh St. Irenaeus:

Beberapa orang mendengar dia berkata bahwa Yohanes murid Tuhan pergi ke tempat pemandian di Efesus ketika ia melihat Cerinthus di dalam dan melompat keluar dari mandi tanpa mandi, dan berkata bahwa ia takut pemandian itu akan runtuh karena Cerinthus, musuh kebenaran, ada di dalamnya, musuh kebenaran, ada di dalam. Dan ketika Polycarp sendiri pernah bertemu dengan Marcion, yang berlari kepadanya dan berkata, " Kenalilah kami," dia menjawab, "Aku mengenalimu, anak sulung Iblis." (Against Heresies 3.3.4)

Para Rasul diteruskan kepada murid para Rasul kemudian bapa-bapa Gereja. Semua menjaga kemurnian dari pesan Injil. Bahwa Yesus Kristus mati untuk dosa kita, bangkit dan naik ke Surga. Nah, naskah-naskah salinan merupakan kekayaan bukan kebingungan. Naskah ini merupakan bukti pemeliharaan Tuhan sendiri atas Firman-Nya. Penulisan naskah lebih dapat dipercaya ketimbang hanya hafalan yang diturunkan. Naskah dicatat di atas vellum (kulit binatang), perkamen atau papirus (sejenis kertas dari tumbuhan di Mesir) terakhir berbentuk codex (kumpulan papirus yang diikat menyerupai buku) atau yang pada lempengan besi. Inilah yang dilestarikan, direstorasi dan diselidiki dengan ilmu Kritik Teks. 

Ilustrasi Text
Sumber: Pexels.com/Markus Winkler

Tidak pula mengurangi kesakralan dari Firman Tuhan. Kritik Teks adalah cabang ilmu yang membantu untuk menilai naskah-naskah yang banyak itu untuk merekonstruksi keotentikan Perjanjian Baru. Kita patutnya bersyukur dengan hadirnya naskah yang banyak, kita tidak panik atau bingung. 

Daniel Wallace menyatakan bila tumpukan naskah salinan PB dan terjemahannya dapat mencapai setengah tinggi gedung Empire State. ( Kekayaan naskah ini membuktikan rekonstruksi PB sangat dapat diandalkan, kesalahan yang terjadi hanya huruf, penyamaan bunyi atau kata. Selebihnya tidak mengubah doktrin dan dogma Gereja. 

Bacaan lebih lanjut:

1. Timothy Paul Jones, How We Got the Bible, Torrance: Rose Publishing, 2015

2. Christopher Luthy, Sejarah Penyalinan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2021.

3. Timothy Paul Jones, Misquoting Truth: A Guide to the Fallacies of Bart Ehrman's Misquoting Jesus, Downers Grove: InterVarsity Press, 2007. 

4. Robert M. Grant, The Early Church Fathers: Irenaeus of Lyons, New York: Routledge, 1997, hlm 95.

5. Alisa Childers, Another Gospels: A Lifelong Christian Seeks Truth in Response to Progressive Christianity, Tyndale Momentum, 2020, hlm 117-19.

6. Seputar tulisan Daniel Wallace dapat klik lebih lanjut: How Tall Would a Stack of New Testament Manuscripts Be? – Daniel B. Wallace (danielbwallace.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis