Menjawab Tuduhan - Studi Singkat Kata "Allah" (1)
Pada tulisan kali ini, saya akan menjawab tuduhan dari salah tafsir dan pemikiran sesuai video yang beredar di medsos. Perlu diketahui jawaban ini berdasarkan sisi apologetis.
Disclaimer: Mungkin bagi sebagian orang ini terkesan dangkal namun memang hanya informasi yang diperuntukkan bagi pembelaan iman. Di bagian ini pula saya membahas sesuai kajian Kristen tanpa menyinggung yang lain. Tulisan ini adalah tanggapan apologetis (hak jawab dengan menjelaskan) tanpa menyerang ataupun mempersalahkan keyakinan lain.
Dok. Pribadi (dirangkum dari berbagai sumber) |
Anda dapat menonton video tuduhan dari link berikut: channel Dondy Tan. Mau Ikut Yesus? Jadi Muslim Dong!
Seperti biasa saya pribadi tidak pernah mempersoalkan orang pindah Agama. Tetapi yang menjadi masalah ialah bila ada yang memutarbalikkan fakta yang tidak benar. Seolah-olah apa yang menjadi omongan narasumber di video tersebut adalah kebenaran. Kita hidup di Negara yang multiagama, apalagi bila kita melihat lini masa yang pernah terjadi.
Persoalan yang pelik, sudah lama terjadi dan disinggung kembali ialah penggunaan kata Allah. Dalam video tersebut, Dondy Tan memberikan informasi yang kurang tepat. Kata "Allah" adalah nama Tuhan dalam bahasa Arab.
Benarkah demikian? Sebenarnya dari mana kata “Allah” itu sendiri? Apa sebenarnya yang dituliskan dalam kitab suci Kristen? Benarkah Kristen mengambil kata “Allah”? Secara sejarah, kapankah Kristen menggunakan kata “Allah”? apa pra-Islam atau post-Islam berdiri?
Pertama, kita membahas dari mana asal kata “Allah”. Seperti diutarakan oleh Noorsena, rumpun semitik itu adalah Ibrani, Aram dan Arab.[1] Akibatnya, banyak kemiripan bahasa yang saling bersilangan (Phonetic Corespondency). Lebih dahulu kita menyimak, tabel berikut:[2]
Kata-kata di atas ini merupakan bahasa-bahasa kuno yang diterjemahkan sebagai keberadaan yang supranatural, besar dan dashyat. Manusia saat itu tidak mengetahui siapa di balik itu, tetapi mereka menamakannya dengan “El”. Menurut kutipan Noorsena dari Frank M. Cross, “El merupakan sebutan atau nama dewa orang Kanaan di kuil mereka, yang memang kekuasaan tertinggi.”[3] Dari El, kita melihat kesejajaran dan kesepadanan dalam tabel 1 tadi, di berbagai bahasa lainnya. Kata “Allah” berasal dari “El + alah” memiliki arti bersumpah, mengikat perjanjian dengan sumpah, dan dalam konteks penyembahan, kepada siapa kita menyembah dan mengikatkan diri kepada siapa. yang mempunyai arti.
Patut dipahami, ketika bangsa Israel menyebut nama El, mereka tidak memandang atau menyembah kepada dewa orang Kanaan tersebut. Melainkan, El ini merujuk kepada empat huruf suci yang berfirman melalui perantaraan Musa. Proses ini dinamakan demitologisasi yaitu membuang unsur mitologis dan memberikan tafsiran atau arti baru. Sama halnya yang pernah diutarakan oleh Winarto, bahwa kata “surga” diambil dari dalam bahasa sansekerta yang artinya “Swarga” atau kata “firdaus” diambil dari bahasa Persia yaitu taman raja yang indah.[4] Proses demitologisasi ini sudah biasa terjadi dalam budaya timur tengah. Selain itu, ada pula kontekstulisasi kebudayaan yang terjadi di budaya Timur Tengah ini.[5] Saling persilangan pinjam meminjam, ditandai dari terbatasnya bahasa dalam mengartikan sang Pencipta atau keberadaan Maha kuasa itu sendiri.
[1] Semitik berasal dari rumpun keturunan Sem putra Nuh.
[2] Bambang Noorsena, The History of Allah, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005, hlm 3-12.
[3] Bambang Noorsena, Op cit hlm 6.
[4] Leonardo Winarto, Is Christian Faith Logic?, Situbondo: Memra Publishing, 2019.
[5] Bambang Noorsena, Loc cit
Komentar
Posting Komentar