Ulasan - Is The New Testament Reliable? Karya Paul Barnett
Dewasa ini masih ada orang Kristen mungkin yang meragukan Perjanjian Baru (PB; New Testament) atau acuh tak acuh dengan kitab yang ia baca. Tahukah saudara bahwa Iman Kristen adalah iman yang sangat terbuka untuk diuji kelayakannya (Validitas)? Meminjam dari pernyataan Leonardo Winarto, bahwa Kekristenan terbuka untuk diuji. Bukan saja muatan teologis yang menjadi keyakinan orang Kristen tapi juga nilai-nilai sejarah, kekayaan naskah salinan, kutipan yang melimpah, kesinambungan dan konsistensi pesan dan terpenting pesan itu eksis. Ujian yang diberikan tidak main-main. Bagai diterpa angin topan dan badai besar tetap kokoh tak lekang oleh jaman.
Banyak yang meragukan, ya.
Banyak yang menyangkali, sudah pasti!
Banyak pula yang mengimani, oleh karena Roh Kudus.
Tapi banyak juga yang mencari tahu seberapa realibitas (dapat dipercaya) untuk diselami? Singkatnya Iman kita bukan iman yang hanya bersifat dongeng.
Pernyataan dan pertanyaan di atas dapat dijawab dalam satu buku yang diulas ini karya Paul Barnett yang menuliskan Is the New Testament Reliable? (Indonesia: Dapatkah PB Dipercaya?). Sudah sepatutnya kita menguji jika Anda memiliki keberatan hati nurani mengenai iman Kristen terutama kitab PB. Silahkan saja. Itu sah-sah saja.
Dalam buku tersebut, Paul Barnett tidak hanya memberikan fakta tetapi jawaban atas pertanyaan yang simpang siur secara lugas seperti misalnya mungkinkah Penulis PB memberikan tulisan yang seragam dan kompak karena persengkokolan? Mungkinkah Yesus tidak bangkit tetapi hanya cerita halusinasi? Apakah Kristen terlalu dipaksakan untuk kabarkan sebagai agama yang menyebar di Kekaisaran Romawi? Seberapa dekat PB dengan Yesus?
Tidak ada salah pertanyaan di atas, sayapun pernah bertanya demikian. Jawabannya tersedia dalam uraian demi uraian di buku Paul Barnett ini. Sebagai contoh pada subjudul "Did Jesus Exist?: Early Non-Christian References" (Indonesia: Apakah Yesus benar-benar ada?: Catatan Kuno Non Kristen). Barnett menyimpulkan:
Berdasarkan bukti-bukti dari sumber-sumber non-Kristen ini, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:*
1. Yesus Kristus dieksekusi (dengan penyaliban?) di Yudea pada masa Tiberius menjadi kaisar (14-37 M) dan Pontius Pilatus menjadi gubernur (26-36 M). Tacitus
2. Gerakan ini menyebar dari Yudea ke Roma. Tacitus
3. Para pengikutnya menyembahnya sebagai (seorang) dewa. Pliny
4. Ia disebut "Sang Kristus". Josephus
5. Para pengikutnya disebut "orang Kristen." Tacitus, Pliny
6. Mereka banyak terdapat di Bitinia dan Roma. Tacitus, Pliny
7. Saudaranya adalah Yakobus. Yosefus
Meskipun bukti-bukti ini tidak banyak, namun patut dicatat bahwa bukti-bukti ini sama sekali tidak bertentangan dengan, bahkan menegaskan, informasi historis dalam Perjanjian Baru. (hlm 34; *kata terakhir yang ditebalkan di akhir kalimat adalah orang/tokoh yang mencatat bagian tersebut di luar catatan Alkitab)
Sumber: Barnett, hlm 41
Dalam segmen berikutnya, kita akan menemukan pula Kerangka Waktu (Time Frame) yang disimpulkan oleh Paul Barnett sebagai berikut:
Pertama, rentang waktu antara kehidupannya dan literatur tentangnya - Yesus Kristus* - sangat singkat dibandingkan dengan rentang waktu antara kehidupan dan literatur tentang tokoh-tokoh besar lainnya pada masa itu. Kedua, jumlah penulis yang berkontribusi pada literatur juga sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah yang menulis tentang tokoh-tokoh besar lainnya. Tidak kurang dari sembilan atau sepuluh penulis mula-mula, yang kebanyakan menulis secara terpisah satu sama lain, merujuk kepada Yesus. Ketiga, sejak akhir zaman penulisan Perjanjian Baru, ada aliran literatur Kristen yang terus berkembang dan tidak terputus, yang meneguhkan eksistensi literatur Perjanjian Baru dengan mengutipnya. (hlm 42; *tambahan pengulas)
Bagaimana cara PB disalurkan (transmisi) atau diajarkan juga dibahas di buku ini. Barnett menuliskan bahwa umat Kristen jaman mula-mula berkumpul pada hari tertentu (fixed day) yaitu hari Minggu (Sunday). Seperti yang dikutip dari First Apology karya Justin Martyr:
Pada hari yang disebut hari Minggu, semua orang yang tinggal di kota atau di desa berkumpul di satu tempat, dan memoar para rasul atau tulisan-tulisan para nabi dibacakan, selama waktu memungkinkan. (First Apology 67) (hlm 43)
Justin Martyr sendiri sebagai Apologis menuliskan hal tersebut pada tahun 112 M. Yang di mana, "memoirs of the apostles" (memoar para Rasul) merujuk kepada Injil tertulis - Keempat Injil PB. Meski, kita tahu bersama naskah asli (Autograf atau original text) sudah tidak ada. Kita memiliki naskah yang disalin dengan tangan. Barnett dengan tegas menyatakan seluruh tempat di Negara itu, dapat mendengarkan Kitab Suci dengan bahasa mereka masing-masing.
Setengah abad setelah Yustinus, dokumen-dokumen Yunani (PB) ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin untuk dibaca di Afrika Utara, Galia dan Spanyol, serta Italia. Injil menyebar dengan cepat ke seluruh masyarakat poliglot di sekitar Mediterania. Pada abad ketiga dan keempat, Perjanjian Baru diterjemahkan ke dalam bahasa Koptik dan Suriah. Dan proses itu terus berlanjut. Di setiap negara yang disinggahi Injil, pada waktunya terjemahan lokal dibuat untuk pembacaan Kitab Suci di depan umum kepada orang-orang Kristen yang berkumpul pada "hari tertentu" dalam seminggu. (hlm 44)
Tetapi sebenarnya kita dapat percaya penyebaran PB ini? Barnett menjelaskan salinan naskah yang kita punya sebagai kekayaan intelektual yang diuji dengan Kritik Teks. Oleh sebab itu, ia menyimpulkan menggunakan pendapat Ahli yang lain:
Dalam mengulas keadaan kritik tekstual, Stephen Neill berkomentar bahwa "kita memiliki teks Perjanjian Baru yang jauh lebih baik dan lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan karya-karya kuno lainnya, dan ukuran ketidakpastiannya sangat kecil." Neill menyimpulkan: Siapapun yang membaca Perjanjian Baru dalam salah satu dari setengah lusin edisi bahasa Yunani yang terbaru, atau dalam terjemahan modern manapun, dapat merasa yakin bahwa, meskipun mungkin ada ketidakpastian dalam hal detil, dalam hampir semua hal yang penting, dia benar-benar dekat dengan teks kitab-kitab Perjanjian Baru sebagaimana aslinya. (Hlm 47)
Berangkat dari situ, kita juga akan diajak untuk menjelajahi bahwa penulis Injil baik Matius, Markus, Lukas dan Yohanes yang namanya melekat pada injil-injil tersebut adalah kebenaran. Mereka adalah saksi mata. Barnett menganalisa dengan menggunakan Perjanjian Lama (Ul 19:15):
Perjanjian Lama meminta bukan hanya satu, tetapi dua atau tiga orang saksi (lihat Ul. 19:15). Dalam Injil Yohanes dan Markus, kita memiliki dua "saksi" yang ditulis secara independen tentang Yesus. Melalui "kesaksian" mereka, kita, para pembaca, dapat sampai pada sebuah keputusan, berdasarkan bukti-bukti, tentang Yesus dari Nazaret. (hlm 53)
Saksi yang pertama adalah murid yang dikasihi yaitu Rasul Yohanes. Hal ini terbukti dengan kekayaan injil tersebut diperkuat dengan penemuan arkeologis yang dapat dikroscek ulang, catatan Bapa Gereja (Polikarpus dari Smirna dan Irenaeus dari Lyon) dan yang terutama catatan Rasul Yohanes sendiri (Injil maupun surat-suratnya).
Keterlibatannya dengan Yesus sebagai salah satu dari inner circle dan pengalamannya yang panjang dalam kepemimpinan di komunitas Kristen Yerusalem menambah kemungkinan kuat bahwa Yohanes anak Zebedeus adalah penulis Injil Keempat. (hlm 73)
Saksi Kedua adalah Markus yang mendapat penuturan dari Rasul Petrus. Klaim ini sejalan dengan catatan dari Kisah Para Rasul 10:34-43 di mana Rasul Petrus mendeklarasikan tentang Yesus kepada Kornelius di Kaesarea.
Poin-poin utama yang disampaikan Petrus kepada mereka adalah:
- Setelah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis
- Allah mengurapi Yesus dari Nazaret dengan kuasa
- sehingga Ia memberitakan Injil, mulai dari Galilea dan ke seluruh Yudea.
- Allah menyertai Dia ketika Ia pergi menyembuhkan semua orang yang ditindas oleh Iblis.
- Orang-orang Yerusalem menyalibkan Dia.
- Tetapi Allah membangkitkannya pada hari ketiga.
Pada tahun 1932, C.H. Dodd memperhatikan bahwa ringkasan pidato Petrus ini memiliki kemiripan yang erat dengan urutan dan struktur "Injil" yang tertulis, khususnya Injil Markus. (hlm 78)
Barnett menyimpulkan Injil Markus ditulis berdasarkan penuturan Rasul Petrus yang dituliskan oleh Rasul Markus.
Jika dilihat secara keseluruhan, Injil ini sesuai dengan garis besar khotbah Petrus seperti yang terdapat dalam khotbahnya kepada Kornelius. (hlm 88)
Salah satu bagian yang tidak saya setuju meski penggunaan terminologi yang sudah lumrah yaitu "Q" (a collection of sayings of Jesus referred to by scholar as Q: Quelle is German for "sources"; Indonesia "Suatu kumpulan ucapan Yesus dirujuk oleh Para Sarjana Perjanjian Baru sebagai Quelle artinya sumber). Meskipun ini hanya kumpulan dari kata-kata Yesus tetapi seolah-olah ada dokumen lain di luar dari Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas) yang dipilah dan digunakan secara bersama. Hanya saja Barnett menggunakan istilah itu yang secara umum telah digunakan di kalangan para Sarjana Perjanjian Baru.
Lebih lanjut, Barnett menuliskan Injil Matius dan Lukas pun memberikan pembuktian bahwa Yesus benar-benar ada dan hidup. Hal ini bersesuaian kepada siapa dana budaya apa Injil ini ditujukan, Matius untuk Orang Yahudi yang mengutip banyak Perjanjian Lama dan Lukas untuk orang Yunani yang menekankan peristiwa orang baik (Yesus) yang mati bagi orang lain.
Maka jelaslah bahwa Matius dan Lukas berasal dari kelompok budaya yang berbeda yang menjadi sasaran penulisan Injil mereka. Dalam menilai kompetensi Matius atau Lukas sebagai sejarawan, tidaklah adil untuk membandingkan mereka dengan para penulis biografi modern atau satu sama lain. Jika ingin membandingkannya, maka haruslah dengan penulis-penulis lain dari kelompok budaya yang sama dengan mereka. (hlm 96)
Bukti-bukti tentang apa yang Yesus lakukan dan katakan jauh lebih luas dan kompleks daripada yang kita duga dari keempat Injil yang ada. (hlm 97).
Buku ini juga memuat Kelahiran Yesus, Mujizat dan Dunia modern, Kebangkitan Yesus (masif dan solid sekali), Rasul Paulus dan Yesus Historis, Kisah Para Rasul, Arkeologi dan Perjanjian Baru. Tiga bagian akhir menyimpulkan dan memperbandingkan Kelahiran Kristen dan Islam. Saya sangat setuju dengan Barnett dengan bagian "Is the New Testament Reliable?" bahwa banyak orang ingin tahu apakah Perjanjian Baru ini secara historis benar atau tidak sebelum mereka memikirkan untuk mempercayainya (pesan teologis di dalamnya). Jika mereka meragukan, ya selesai semuanya. Barnett jelas menyatakan buku yang ia tulis sebagai buku sejarah yang berlandaskan pada PB. Hal ini dapat dipercaya! Bukan karena Paul Barnett yang menulis buku itu melainkan karena PB adalah kebenaran yang dituliskan saksi mata.
Harus diingat penulisan catatan jaman lalu sesuai dengan kaidah-kaidah jaman lalu:
Sejarawan Yosefus (sekitar 37-96 M), seperti kebanyakan penulis Perjanjian Baru lainnya, adalah seorang Yahudi, dan terlebih lagi, ia adalah seorang yang masa hidupnya bertepatan dengan masa hidup Paulus. Dalam kalimat pembuka Perang Yahudi, Yosefus menyatakan komitmennya terhadap narasi yang faktual: "Aku ... mengusulkan untuk memberikan kepada rakyat Romawi sebuah narasi tentang fakta-fakta" (1:3). Akan tetapi, maksudnya yang lebih dalam dapat dilihat dalam kata-kata berikut ini:
Dalam refleksi saya atas peristiwa-peristiwa ini, saya tidak dapat menyembunyikan sentimen pribadi saya. . . . [Negara saya... berutang kehancurannya pada perselisihan sipil. . . . [Para tiran Yahudi yang meruntuhkan Bait Suci dengan tangan-tangan yang tidak rela dari bangsa Romawi. (1:10) (Hlm 165-66)
Sama halnya yang ditulis oleh Rasul Yohanes maupun Rasul Lukas:
Yohanes 19:35 Orang yang melihat sendiri kejadian itu, dialah yang memberitakan hal itu, supaya kalian juga percaya. Dan kesaksiannya itu benar, dan ia tahu bahwa itu benar.Yohanes 20:31 Tetapi semuanya ini ditulis, supaya kalian percaya bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat, Anak Allah, dan karena percaya kepada-Nya, kalian memperoleh hidup.
Yohanes 21:24 Pengikut itulah yang memberikan kesaksian tentang kejadian-kejadian ini. Dialah juga yang sudah menulisnya. Dan kita tahu bahwa apa yang dikatakannya itu benar.
Lukas 1:3-4 Setelah saya dengan teliti menyelidiki semuanya itu dari permulaannya, saya menganggap baik untuk menulis sebuah laporan yang teratur untuk Tuan. (4) Saya melakukan itu, supaya Tuan tahu bahwa apa yang telah diajarkan kepada Tuan memang benar.
Pada banyak poin penting dalam sejarah tentang Yesus dan awal mula Kekristenan, kita tidak hanya memiliki satu tetapi beberapa sumber yang independen, yang tidak semuanya bersimpati kepada Yesus. Jika kita menerima historisitas Perang Yahudi berdasarkan sumber-sumber independen yang dapat diperiksa ulang, maka tidaklah konsisten untuk meragukan historisitas esensial dari Yesus dan gereja mula-mula. (hlm 170)
Buku ini harus dibaca bagi yang haus akan historisitas PB dan pertanyaan-pertanyaan skeptis. Saya menyimpulkan Kristianitas dapat mempertanggungjawabkan baik dari internal dan eksternal Perjanjian Baru.
Salah satu fitur buku Barnett memberikan tabel untuk mengkorelasi sejarah antar Perjanjian Baru dengan Catatan sejarah:
Sumber: Barnett, hlm 44 |
Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus.
Silahkan download: Paul Barnett: Is the New Testament Reliable? (Z-Lib)
Bagus nih
BalasHapusMakasih sudah mampir Pak!
Hapus