Doa Puja Yesus: Makna Teologis
Saya kembali mengangkat topik doa yang sedang dipraktekkan ialah Doa Puja Yesus. Seperti artikel yang sudah-sudah, keresahan dan kegundahan ini karena saya pribadi seorang yang sulit berdoa panjang dan lama. Ternyata ada suatu warisan kontemplatif (membangkitan gairah perenungan atas apa yang diimani) yang telah diturunkan dan dipakai sepanjang abad yaitu Doa Puja Yesus.
Ilustrasi Rosario (Prayer Beads) Sumber: Pexels.com/Mart Production |
Doa ini cukup pendek. Saya pernah membahas di beberapa artikel seperti Refleksi - Doa Pendek yang Berulang dan Refleksi - Kyrie Eleison. Hanya saja untuk kali ini, saya mencoba untuk masuk ke dalam ranah teologis dan manfaatnya.
Beberapa literatur telah membawa saya lebih dalam menghayati Doa ini. Sebut saja Uskup Kallistos Ware, John Michael Talbot, penulis jurnal ilmiah Hendi, dan Gereja Koptik. Ada pula literatur kompilasi lebih kuno seperti The Way of Pilgrim, Philokalia, dan sebagainya. Tetapi untuk ranah refleksi saya akan mencantumkannya sebagai bacaan lanjutan.
Doa Puja Yesus merupakan doa yang dipanjatkan oleh para rahib/biarawan yang melakukan kegiatan askestis*. Ini merupakan disiplin rohani yang mengikuti cara Yesus menyendiri 40 hari lamanya. Disebutkan bahwa penyendirian di tengah hutan, padang gurun dan tempat terisolir menjadikan "martir" secara batin.
Hal ini sebabkan di mana Kristen menjadi Agama yang kuat dan berjaya di masa pemerintahan Roma. Dahulu sebelum kejayaan Kristen bila mati adalah martir/bukti iman sejati. Maka pada masa kejayaan Kristen, hidup asketis ini menjadi bukti iman sejati.
Senada dengan itu, tulisan Bambang Noorsena dalam Menyongsong Sang Ratu Adil, menyatakan bahwa abad ke 2 dan 3 ada orang yang hidup selibat, berkaul miskin dan mengabdikan diri sepenuhnya pada doa dan puasa. Noorsena menjelaskan mereka hidup bertapa di tengah masyarakat, karna kala itu adanya kemunduran Gereja. Banyak orang kafir ditobatkan masuk ke Gereja, sedangkan pertobatan itu tidak serius dan dangkal. Kemudian, para Biarawan mencari tempat khusus untuk bersekutu dengan Allah, seperti ke Padang Gurung atau Gunung.
*Pengertian dari Sihol Situmorang sebagai berikut: Dalam lingkup gerejani, askese dimaknai sebagai tindakan mati raga (memperteguh hati dengan menolak kesenangan duniawi) untuk mengejar kesempurnaan hidup kristiani agar semakin serupa dengan Kristus. Jurnal ini sebaiknya dibaca -ringkasnya- sebagai pijakan mengapa hadirnya kegiatan monastik.
Doa Puja Yesus ini berisikan kalimat sebagai berikut:
"Lord Jesus Christ, Son of God, Have mercy on me (us), a sinner (sinners)." (Bahasa Inggris)
"Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah saya (kami), orang berdosa." (Bahasa Indonesia)
Kallistos menyatakan kadang kala kalimatnya disingkat menjadi "Tuhan Yesus kasihanilah kami" atau juga bisa "Yesus". Dalam Sembayang Tujuh Waktu Gereja Ortodoks Koptik (Agpeya) menyebutkan "Tuhan Kasihanilah (Kyrie Eleison)" sebanyak 41 kali. Sebagaimana makna 39 kali cambukan Kristus dan satu kali tombak dan satu kali untuk mahkota duri Kristus -total 41.
Apa saja sebenarnya yang terkandung di dalam untaian doa ini? Mengapa begitu penting hingga dijadikan warisan dan disiplin rohani?
Michael Talbot dalam bukunya The Jesus Prayer menjabarkan kata demi kata maksud dari doa tersebut. Sangat indah. Dogmatis. Tidak muluk-muluk. Singkatnya demikian:
1. Lord/Tuhan: Gelar yang menunjukkan kedaulatan, sebagai pemilik dan majikan. Sebagai orang Kristen, kita menyebut Yesus sebagai Tuhan karena telah ditebus oleh Yesus Kristus. Lebih jelasnya, Ia menyatakan diri sebagai sang Ilahi dalam kebangkitan-Nya. (Yoh 20:24-29; Kis 2:36);
2. Jesus/Yesus: Yesus berarti Allah menyelamatkan (Mat 1:21). Yesus adalah nama manusia dari Sang Firman yang berinkarnasi itu. Seharusnya kita tenggelam dalam inkarnasi, doktrin ini dibuat bukan membingungkan tetapi harusnya menyatukan dan menyadarkan kita sebagai manusia yang harus ikut dalam kodrat ilahi (Yoh 1:14; 2 Pet 1:4).
3. Christ/Kristus: Yang Diurapi merujuk kepada penggenapan Mesias yang dinantikan di Perjanjian Lama. Kita bisa melihat pengakuan para Murid (orang Yahudi) dalam hal kemesiasan yaitu peristiwa Gunung Tabor (Mat 7:1-13 & ayat paralel dan pengakuan Rasul Petrus dalam 2 Pet 1:17-18)
4. Son of God/Anak Allah: berbicara tentang Pribadi Kedua Allah Tritunggal. Di saat yang sama kita memuliakan Bapa dan Roh Kudus dalam dogma Tritunggal; (Akan diperjelas dalam penggalan Disertasi Fr. Anthony St. Shenouda)
Sumber: The Arrow Prayer in Coptic Tradition, Fr. Anthony St. Shenouda, Hal 37 |
5. Have Mercy/Kasihanilah: memohon belas kasihan karena kita sudah "mati" dalam Yesus oleh baptisan. Memohon belas kasihan karena ini penting untuk membentuk karakter dan memperbaharui kodrat ilahi yang telah hilang. Kerendahan hati adalah lawan dari kesombongan. Rendah hati berasal dari rahmat ilahi (dalam Tritunggal Maha Kudus). Kasihanilah kami bukan sekadar kata-kata, harus diikuti pertobatan sungguh-sungguh. (Maz 51; 123; Mat 9:27; 15:22; 17:15; 20:30; Luk 18:14/;
6. On me/saya: iman atau doa ini bersifat personal dan tidak diwakili. Perjumpaan iman haruslah perorangan bukan berkelompok. Keselamatan bersifat personal. Kedalaman rohani harusnya demikian. (Gal 6:2) Dosa kita ditanggung oleh diri sendiri bukan orang lain sejalan dengan pertobatan;
7. A sinner/yang berdosa: kita memiliki natur atau kodrat dosa. Ini tidak dipungkiri. Sejak kejatuhan Adam, semuanya menjadi jatuh dalam dosa. Yesus yang hadir memulihkan kodrat ilahi yang hancur itu. (Kej 1:26-27).
Lebih lanjut, Uskup Kallistos Ware menyatakan ada kebenaran Firman Allah yang inkarnasi serta Allah Tritunggal hadir dalam doa tersebut. Jika saya membagi doa itu sebagai Pengakuan Iman dan Pengakuan Dosa.
Maka, Uskup Kallistos membaginya menjadi:
1. Bagian pertama "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah" sebagai pengakuan/kredo keilahian Yesus Kristus dan Trinitarian. Bukan hanya merujuk kepada Kristosentris tetapi kepada Trinitarian. Dua doktrin primer Gereja yang dipegang teguh di dalamnya. Karena jika orang mengaku Yesus sebagai Mesias, itu karena Bapa, dan orang tersebut akan diperbaharui dalam kuasa Roh Kudus. Doa Jesus Prayer adalah Doa Rangkap tiga yang Maha Kudus;
2. Bagian kedua "Kasihanilah saya/kami, yang berdosa" sebagai pengakuan keberdosaan. Kebutuhan dan kesungguhan untuk meminta diselamatkan. Sebagai orang yang berdosa hidup kita ini tidak layak di hadapan Allah. Sungguh anugerah yang ditawarkan menjadikan kita masuk ke dalam persekutuan Allah Tritunggal. Memohon belas kasihan kepada-Nya berarti memposisikan diri rendah hati menerima pengampunan dosa dan pembaharuan diri.
Melalui Hendi dari jurnalnya, ada dua komponen utama yaitu pengakuan iman dan pertobatan dalam satu untaian doa. Sebagai orang Kristen kita tidak mungkin tidak berbicara tentang nama Yesus (pengakuan iman) dan kita sadar akan dosa dalam diri kita (pertobatan).
Dua hal ini selalu didoakan dalam satu untaian doa yang meneduhkan hati. Dalam tulisan St. Ignatius Brianchanninov, doa puja Yesus adalah doa kasih karunia. Batin kita berubah seiring berjalannya kesungguhan hati, membuka belenggu dosa, menghancurkan sengat "ular" yang terselubung dan memurnikan jiwa.
Tak heran ketika kita mulai mempraktekan formula doa ini ada banyak kejadian "serangan si jahat" yang mencoba menghentikan kita mendoakan ini. Disertasi Fr. Anthony menuliskan tentang peristiwa menarik dan mengapa doa pendek semacam ini disebut doa anak panah (Arrow Prayer; hlm 104-5)
Kisahnya seperti ini:Dalam sebuah hagiografi yang ditulis oleh Santo Yohanes dari Scetes, ia menceritakan bahwa setan-setan itu pernah menampakkan diri kepada seorang tua-tua (Elders) bernama Youanis dan berkata:"Berhenti, berhentilah melawanku! Aku tidak akan mengganggumu lagi!"Abba Youanis melanjutkan:Saya (Abba Youanis) berkata kepadanya (setan): 'dan apa yang ada di tubuhmu ini?'
Dia berkata: 'ini adalah anak panah.'
Aku berkata kepadanya: 'siapa yang melakukan semua ini kepadamu'
Dia berkata: 'kamulah orangnya'
Aku berkata kepadanya: 'dan bagaimana aku melakukan ini padamu?'
Dia berkata kepadaku: 'setiap kali engkau berdiri untuk shalat, salah satu dari panah-panah ini menusuk tubuhku'
Ya sebagai saya sebutkan di atas, doa anak panah dilontarkan/dikatakan berulang kali dalam bibir, pikiran dan hati. Seperti kutipan dari Rasul Paulus,
1 Tesalonika 5:17 (TB) Tetaplah berdoa.(Unceasingly prayer)
Berdoa tak henti alias setiap ada waktu untuk duduk silahkan untuk berdoa dan mengisi pikiran dan hati dengan Yesus Kristus. Bukan tanpa henti secara harafiah.
Mari kita simpulkan:
1. Doa Puja Yesus berdasarkan keseluruhan Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru;
2. Doa Puja Yesus sebagai senjata orang percaya dalam menjalani hidup yang kontemplatif baik secara monastik maupun sehari-hari;
3. Doa Puja Yesus dipanjatkan dengan kerendahan hati kita sebagai orang percaya. Pendeknya doa ini membawa saya sendiri -yang sulit berdoa- menjadi mendalami makna tiap kata pada satu untaian doa.
Tepatlah yang disampaikan Raja Salomo dalam Amsalnya:
Amsal 3:34 (TB) Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Ia pun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.
Kiranya memberkati kita semua.
Dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus,
Allah yang Esa,
Amin.
Referensi:
1. John Michael Talbot, The Jesus Prayer, Downer Groves: InterVarsity Press, 2013. Buku yang apa adanya dan menjelaskan singkat tentang Doa Puja Yesus. Dari sinilah, saya bertemu seseorang yang membedah kata per kata secara teologis. Artikel saya hanya sebagian remah-remah dari bundaran roti yang besar dalam buku itu. Tidak bisa tanpa mendekat pada literatur Patristik (Para Bapa Gereja) untuk membaca atau merenungkan Doa Puja Yesus.
2. Fr. Anthony St. Shenouda, The Arrow Prayer in Coptic Tradition, [Disertasi], Macquarie University, 2018. Disertasi yang tidak membosankan. Penuh referensi, selalu memberikan kesegaran untuk saya pencinta sejarah dan isinya begitu komprehensif. Available at: Download Disertasi Fr. Anthony St. Shenouda.
3. Hendi, Hendi. "Praying Unceasingly: The Jesus Prayer." Jurnal Teologi Cultivation 5.2 (2021): 47-60.
4. Gulo, Hisikia, and Hendi Hendi. "Spiritualitas Doa Puja Yesus Menurut Bapa-Bapa Philokalia." Manna Rafflesia 7.2 (2021): 327-347.
5. Hendi, Hendi. "Pemikiran Bapa-bapa Philokalia Tentang Hesychasm: Pembaruan Batin Menuju Kesempurnaan Seperti Kristus." Jurnal Teologi Berita Hidup 4.2 (2022): 501-517. Apresiasi saya terhadap tulisan jurnal Hendi luar biasa. Saya sebagai awam terberkati dengan hadiran tulisan Beliau, sampai-sampai saya mengirim email untuk menyelami tulisan Patristik lainnya.
6. Situmorang, Sihol. "Asketisme Dalam Tradisi Monastik Kristen." Logos 15.2 (2019): 78-94. Baik Katolik dan Ortodoks, semua memiliki tradisi Monastik. Jadi sangat wajar kita mencari kepada akar mengapa Monastik terjadi. Jawabannya sejarah Gereja!
7. Bishop Kallistos Ware, The Jesus Prayer, Ebook Ver, London: The Catholic Truth Society, 2014.
8. Bishop Kallistos Ware, The Power of the Name: the Jesus Prayer in Orthodox Spirituality, Oxford: SLG, 1986. Ebook singkat ini diberitahu oleh Prof Joas Adiprasetya, Beliau juga melakukan praktek doa Puja Yesus dalam salah satu acara di Media Sosial dan memperkenalkannya kepada teman-teman Protestan. Sungguh menarik bisa berbagi dengan tulisan ini. Saya berkenalan dengan sosok Bishop Kallistos Ware secara tidak langsung.
9. Yayasan Dharma Tuhu, Seri Spiritualitas Kristen Orthodox tentang Doa Puja Yesus dari Esai Asketik yang Ditulis Oleh Episkop Ignatius Brianchanninov, Tangerang: Yayasan Dharma Tutu, 2022. Teman diskusi saya menyarankan membaca ini sebelum menulis tentang makna Doa Puja Yesus. Benar saja! Bak mutiara yang patut ditunggu dan diusap. Kita bisa menemukan "harta karun" spiritual dari para pendahulu kita di dalam buku tersebut. Terima kasih saya kepada teman-teman Ortodoks yang mau berbagi cerita dan argumentasi.
10. Bambang Noorsena, Menyongsong Sang Ratu Adil, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hlm 222-25. Kali pertama penulis terpapar "Doa Puja Yesus" akibat tulisan Bambang Noorsena. Kemudian mencari dan menggali lebih dalam warisan ini.
11. Yayasan Koptik - St. Markus Penginjil, Agpeya: Buku Doa Tujuh Waktu Koptik Ortodoks, Surabaya: Pelayanan Penerjemah Yayasan Koptik St. Markus Penginjil, 2024. Buku ini akan menjelaskan mengapa atau alasan teologis kita berdoa tujuh waktu. Ini sudah diterapkan sejak jaman para Murid tepatnya setelah Yesus Kristus naik ke Surga.
Keakraban kita dg Tuhan memungkinkan kita "berdialog" lebih panjang dg Tuhan.
BalasHapusTapi panjang pendek doa bukan ukuran, namun kesungguhan dan ketulusan hati yg penting.
Seringkali dlm situasi yg genting, mungkin cmn terucap "Tuhan tolong", mmg lebih baik bila bs mengucap "Tuhan kasihanilah saya org berdosa ini"
ππΌππΌππΌ
Amin. Terima kasih sudah mampir.
HapusTerimakasih untuk artikelnya Kevin, saya juga sedang membaca buku tentang disiplin Rohani Sacred Rhythms.
BalasHapusTetap semangat menulis. God bless
Terima kasih sudah mampir ya. Tuhan berkati.
HapusPengajaran yang bagus tentang cara berdoa yang tidak biasa dalam dunia kekristenan (Protestan). God bless
BalasHapus