Komboskini
Kali ini saya akan bercerita tentang anjuran Bapa Rohani - yang membimbing saya dalam berdoa Puja untuk menggunakan komboskini (tali doa). Dalam buku St. Ignatius Brianchanninov menyebutkan Komboskini/Rosario (tali doa atau manik-manik doa) merupakan alat bantu yang menolong bagi para pemula. Fungsinya ialah memfokuskan saat pengulangan doa pendek serta dibuat sebagai alat hitung (meski tidak melulu digunakan demikian).
Komboskini menjadi alat bantu di dalam doa saya, setelah menyelesaikan pembacaan Kitab Suci, masuk ke Doa Bapa Kami, dan akhirnya Doa Puja Yesus. Penggunaan Komboskini tercatat dimulai oleh rahib/monakhos di abad ke 4. Sebuah jurnal ilmiah dari Sara el-Sayed Kitat dan Zeinab Hanafy Hassan menuliskan
"Dalam agama Kristen, tasbih dan tali doa digunakan oleh orang-orang saleh untuk terus menghitung doa-doa mereka. Pada abad ketiga Masehi, tasbih ini disebutkan di Mesir melalui tulisan-tulisan para Bapa Gurun yang pertama. Dengan demikian, manik-manik ini digunakan di Mesir bahkan sebelum menggunakan Rosario Dominikan di Eropa pada abad ketiga belas Masehi. Penemuan tali doa dikaitkan dengan Santo Antonius yang mengikatkan tali kulit setiap kali ia mulai berdoa "Kyrie Elesion".
Jadi, komboskini merupakan alat bantu konsentrasi saat berdoa. Alat ini sudah digunakan jauh sebelum abad 4, oleh para monakhos (biarawan/rahib) untuk memfokuskan diri dalam berdoa dan berkontemplasi.
Pengulangan Doa Puja Yesus
Besar di denominasi Protestan, membuat kita bertanya-tanya mengapa doa ini diulang sedemikian lama dan banyak. Perlu diberi penegasan penting bahwa doa Puja Yesus adalah doa batiniah. Doa yang lahir dari dalam batin (nous), menembus pikiran dan merubah hati. Urutannya sebagai berikut, batin tergerak yang dimulai mengucapkan doa secara lisan, kemudian pikiran dan turun ke hati.
Sama halny dengan orang buta yang memanggil Yesus Kristus. Mari kita simak dari Injil St. Markus.
Markus 10:47-52 (TB) Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.
Perhatikanlah. Orang buta bukan hanya memanggil sekali tetapi berulang. Suaranya membuat orang-orang di sekelilingnya mencoba menghentikannya. Apa itu membuatnya berhenti memanggil Anak Daud? Tidak! Injil mencatat "Semakin keras ia berseru". Ia mengharapkan Tuhan sendiri. Akhirnya, berbuah manis. Seruannya berhasil membuat Yesus berhenti dan tergerak menyembuhkannya.
Kiranya doa yang sama itu dapat menghentikan Yesus. Perasaan antusias melingkupi tulisan Fr. Anthony Coniaris yang menuliskan "Inilah doa yang menghentikan Yesus, Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku. Tentu saja jika doa ini dapat menghentikan Yesus saat itu, maka doa ini juga dapat menghentikan-Nya saat ini."
Doa yang melahirkan kerendahan hati. Doa singkat namun mengubah hidup. Dosa itu seperti penyakit menggerogoti jiwa manusia. Maka, doa Puja Yesus layaknya obat yang menyembuhkan, mengeluarkan penyakit kita sehingga sembuh.
Oleh sebab itu, Doa Puja Yesus yang keluar dan membentuk batin, membersihkan akal budi (nous) dan jiwa diucapkan berulang. Komboskini membantu dalam hal ini.
Membaharui Warna Batin dengan Doa
Saya mengibaratkan doa berulang seperti proses mengecat dengan kuas. Pernahkah Anda mengecat kayu atau dinding rumah? Ketika kita mengoles cat, tidak bisa hanya sekali usap, tentunya hal tersebut cuman membuat pudar. Tentulah kita berulang kali supaya cat itu menempel erat di pori-pori kayu, dan terserap ke dalam kayu. Lalu menghasilkan warna baru pada kayu tersebut.
Ya, itulah batin (kayu) kita yang tergenangi dengan dosa, kotor, gelap dan menjijikan. Tapi dengan menyebutkan Nama-Nya berulang kali (mengecat dengan kuas) kita bisa menjadi pulih dan melihat lagi, sama seperti orang buta di atas. Kita diajak untuk memperbaharui warna batin dengan doa Puja Yesus.
"Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah kami orang berdosa"
Sumber:
1. Yayasan Dharma Tuhu, Seri Spiritualitas Kristen Orthodox tentang Doa Puja Yesus dari Esai Asketik yang Ditulis Oleh Episkop Ignatius Brianchanninov, Tangerang: Yayasan Dharma Tutu, 2022.
2. Fr. Anthony Coniaris, Philokalia - The Bible of Orthodox Spirituality: Orthodox Spirituality for the Lay Person, Minneapolis: Light and Life Publishing Company, 1998
4. Kitat, Sara el-Sayed, and Zeinab Hanafy Hassan. "Praying beads and praying ropes in coptic art in the context of coptic heritage." Journal of Association of Arab Universities for Tourism and Hospitality 19.1 (2020): 25-64.
3. Mengenai cat dan kuas dapat ditemui selengkapnya di Refleksi - Berulang-ulang
Komentar
Posting Komentar