Refleksi dan Jurnal: Pengembaraan Spiritual

Buku Doa Puja Yesus terbitan Yayasan Dharma Tuhu

Pengantar
Doa Puja Yesus. Bagi banyak orang non Ortodoks-Katolik mungkin masih asing bahkan ada menaikan alis satu. Ya, seperti kita tahu doa-doa pendek yang diucapkan berulang jarang kita temui selain doa-doa mengucap syukur. Kebanyakan kita mengetahui doa syafaat, doa pengakuan dosa, doa berkat dan sebagainya. Tidak salah dengan semua itu, dikarenakan kita tidak dalam lingkup Gereja yang memang mempercakapkan doa demikian.

Berkenalan "Kyrie Eleison"
Dalam beberapa postingan ke depan, saya akan mencoba merefleksikan Doa Puja Yesus sekaligus ini menjadi jurnal (catatan perjalanan) sebagai pengingat pengembaraan. Semua berawal dari memberi nama anak kami. Masa-masa menunggu persalinan adalah mendebarkan, secara kami baru akan menjadi orang tua.

Istri dan saya mencoba mencari nama siapa yang diberikan. Saya memberikan "Zefanya" sebagai nama dari nabi kecil yang berarti "Tuhan melindungi/menutupi". Sekalian juga, ini merayakan salah satu nama artis lagu pop favorit saya yaitu Niki Zefanya. Istri saya berpikir hal lain tentunya. Ia mempersembahkan nama "Eleison", suatu kata dari nyanyian atau kidung "Kyrie Eleison". Dua kata itu berarti "Tuhan kasihanilah". 

Nama "Eleison" tidak berhenti hanya sebagai nama. Kami mengingat saat persiapan persalinan, kami sedang mengikuti program pemuridan Gereja Ortodoks Koptik di Indonesia (GOKI). Salah satu materinya berjudul Doa Agpeya yang berisikan doa tujuh waktu Kristen Ortodoks Koptik. Dalam doa Agpeya kita diundang untuk memperkatakan kalimat "Kyrie Eleison" - setelah Litani dan sebelum "Kudus, Kudus, Kudus. Doa ini disebutkan 41 kali sebagai lambang cambukan Tuhan Yesus Kristus (39 kali), satu tusukan tombak di lambung dan mahkota duri yang Tuhan Yesus gunakan. 

Akhirnya kamipun sepakat menamakan anak kami, Eleison. Dari pengajar GOKI, kami mendapatkan apa arti kerendahan hati dari menyebut "Kyrie Eleison". Yang pada dasarnya, sulit dan sakit sekali menghasilkan sifat demikian. Rendah hati bukan karena kita rela diinjak. Tapi rendah hati bahwa kita bukan siapa-siapa di dunia ini. Secara singkat, rendah hati adalah sikap luhur setiap orang Kristen. Bahkan disebut kebaikan yang dihasilkan akibat perjalanan doa yang intim ini.

(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis