Lee Strobel bukan sebuah nama asing dalam dunia buku-buku Kristen. Ia piawai dalam hal literasi karena memiliki latar belakang sebagai seorang wartawan. Ia menggeluti bidang hukum - editor bagian hukum - dan menariknya perjalanan imannya dari seorang ateis kepada orang yang mencintai Yesus Kristus. Buku pertamanya The Case For Christ menjadi best sellers dan telah difilmkan - mungkin Pembaca sudah pernah menonton film tersebut.
Salah satu bukunya yang telah saya baca ialah The Case For Grace (Penyelidikan tentang Kasih Karunia). Tulisan ini begitu penting bagi kita umat Kristen, karena melalui Lee kita mengenal diri kita di hadapan Allah. Kejujurannya tersirat dari pengalamannya yang tertulis rapih.
Pergumulan Lee yang tidak mendapatkan kasih dari Ayahnya - Orang tua di bumi - mengantarkannya menyelidiki arti kasih karunia Ayah Surgawi. Pada pembukaan bukunya saja begitu sepi untuk dirinya.
Saya bisa merasakan kemarahan apa yang dialaminya, ketika ia menuliskan "tidak cukup baik" semua yang tidak cukup baik di mata ayahnya. Seolah-olah sedang bertanya "apakah aku disayang oleh ayahku?". Ayahnya malah menegaskan atau menghitamkan pertanyaannya itu dengan "aku tidak punya kasih sayang yang cukup besar terhadapmu untuk memenuhi kelingkingku" (hlm 11 bag. Pendahuluan).
Melacak potongan puzzle menjadi sebuah gambaran besar itu sebagai metafora perjalanan iman Lee.
Pertama-tama, ia bertemu dengan Stephanie gadis korea yang "dibuang" oleh orang-orang desanya. Perjalanan keras sejak batita (bayi tiga tahun) menancapkan identitas "tidak diterima" dari lingkungan tempat ia berada. Hal itu berubah seketika Stephanie mengingat dan menyadari ia diadopsi oleh Allah melalui kasih karunia-Nya. Sang Yesus yang menjumpainya. Kisah nyata dari Stephanie harusnya mengingatkan kita bahwa hidup kita yang kotor, bobrok, pelecehan, tidak mau diatur tetap diterima oleh Bapa.
Melalui penebusan Anak-Nya, kasih karunia ibarat mengadopsi kita menjadi anak Allah secara batiniah. Begitu pula, Stephanie mengenal Kristus saat ia diadopsi oleh sepasang misionaris yang mengasihi Allah.
Selanjutnya, terdapat kutipan Lee dari buku Knowing God menggugah saya:
"Jika Anda ingin menilai seberapa baik seseorang memahami kekristenan, carilah tahu seberapa besar ia menghargai pikiran tentang menjadi anak Allah, dan memiliki Allah sebagai Bapa-Nya. Jika ini bukan pikiran yang memicu dan mengendalikan ibadah dan doanya, serta seluruh pandangan hidupnya, itu artinta ia tidak terlalu memahami kekristenan sama sekali" J.I Packer. (Hlm 41).
Bagian kedua, kita dihadirkan tokoh seorang pendeta Jud Wilhite yang dahulu adalah pecandu berat akan narkoba. Perjuangan pecandu tidak pernah mudah. Mereka yang ingin memutuskan berhenti akan kembali mengonsumsi obat terlarang. Tetapi kasih karunia menghampiri Jud Wilhite karena pertemuan dengan komunitas kecil. Rasa penerimaan Jud kepada komunitas merepresentasikan penerimaan Allah melalui pengorbanan Kristus. Jud melayani para pecandu, pekerja seks, dan semua kaum terpinggirkan dalam gereja di Vegas.
Oh iya, bagian ini pula kita mungkin hampir sama dengan Jud. Karena telah mendapatkan kasih karunia, kita mencoba menghampiri Allah dengan bekerja keras melayaninya. Seolah-olah kita "membayar" anugerah itu melalui usaha kita.
Lee Strobel ditegur oleh pimpinannya, Bill Hybels: "sesuatu yang tidak sehat sedang mendorong Anda. Tidak ada hal yang bisa Anda lakukan yang akan menyebabkan Allah lebih mengasihi Anda lebih dari yang sudah dilakukan-Nya. Anda perlu beristirahat dalam kenyataan itu.." (hlm 51).
Teguran yang sama mengenai saya pula. Kita tidak berlelah untuk anugerah Allah, seperti diimbangi dengan pekerjaan "gila" kita. Yang tidak menunjukkan bahwa keputusan Allah memberikan anugerah kepada saya adalah keputusan tepat.
Itu dorongan atau motivasi salah dalam melayani-Nya. Kita akan terjebak dalam kelelahan, frustasi, perangkap, bahkan berhala akan pelayanan itu sendiri. Salah satu indikatornya memarahi orang lain tidak melakukan yang kita perbuat.
Pada bab keempat, Craig Hazen seorang maniak ilmu pengetahuan berjumpa dengan Kristus. Menarik sekali, ia seorang peneliti yang meriset banyak agama di belahan dunia. Ia menyimpulkan hanya Kristen yang menggunakan term "Kasih karunia". Di bagian ini, Hazen menjelaskan tentang Agama Timur lainnya seperti Budhisme, Hinduisme, Islam dan sekte sesat Mormonisme dan Saksi Yehuwa.
Saya mendapati pernyataan dari Hazen yang mungkin akan saya kutip untuk artikel selanjutnya:
"Jadi kekristenan berbeda, pertama, karena kasih karunia; kedua karena bisa diuji; dan ketiga, karena kekristenan melukiskan suatu gambar yang sesuai dengan dunia, dalam suatu cara yang tidak dilakukan agama-agama lainnya". (Hlm 84).
Bagian kelima, berlanjut diberi judul "Sang Algojo". Bagi kita yang sempat iri dengan orang yang banyak membunuh, memperlakukan manusia layaknya binatang dan sebagainya akan mendapatkan kehidupan kekal jika ia percaya. Anda akan menangis dan melihat bagian ini. Lee melanjutkan penyelidikan kasih karunia dari sudut pandang kriminal.
Comrade Duch (pemimpin institusi S-21; semacam kamp tahanan di mana terjadi pembunuhan sadis di zaman Khmer Merah) yang menyamarkan namanya menjadi Hang Pin dituntut hukuman mati. Tetapi sebelum itu, kasih karunia menghampiri Duch melalui LaPel (pendeta dari Golden West Christian Church). Kisah nyata ini kian tragis dan emosional lantaran Duch pernah membunuh saudara perempuan dan keluarga LaPel di S-21- apakah Anda bisa membayangkan?!.
Duch (Hang Pin) kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Ketika itu ia telah mengenal Yesus Kristus ia menjadi berubah dengan cara mengakui dan meminta pengampunan kepada keluarga yang ditinggalkan. Ia bersedia menerima hukuman untuk menebus kesalahannya di masa lampau. Mungkin kita tidak sama "kapasitas" dosa dibandingkan Duch tapi kita tetap saja berdosa walau tidak membunuh orang lain. Mungkin kita menyembah berhala, percabulan, iri hati dan sebagainya.
Kepedihan hati Duch membuktikan pertobatannya yang sulit. Kesungguhan hatinya mengenal kasih karunia mengantarkan menjadi bertanggung jawab atas perbuatannya. Inilah contoh manusia yang mengenal kasih karunia yaitu pertobatan dan pengakuan dosa.
Sayang sekali, penjelasan tentang bagaimana korban-korban beragama lain akan pergi ke neraka dan Duch pergi ke sorga tidak dibahas lebih lanjut (hlm 103-4).
Bagian selanjutnya keenam hingga kedelapan, kisah nyata kasih karunia menghampiri tunawisma yang dipeluk pengurus/pelayan Gereja. Disusul seorang pendeta yang terkena kasus perzinahan dan bagaimana ia mengakui itu di hadapan istrinya. Kedelapan seorang anak dari penginjil bernama Andrew Palau yang kehilangan esensi kasih karunia.
Terakhir bab kesembilan, kisah Lee Strobel yang terkena Hiponatremia (kekurangan natrium dalam darah). Bagaimana Lee menyegarkan jiwa dengan kasih karunia karena berdoa bersama anaknya. Pengakuan dosa dan kejujuran atas kelemahan kita dibutuhkan agar kelemahan itu ditutup oleh kasih karunia Allah.
Epilog bagian akhir buku ini menjelaskan kematian ayah Lee akhirnya memisahkan mereka berdua dalam relasi yang belum terselesaikan. Permintaan maaf Lee kepada Ayahnya dilakukan saat orang tersebut telah tiada. "Aku minta maaf, Ayah" dan "aku memaafkanmu, Ayah" dua kalimat yang diucapkan Lee saat itu.
Teman Ayahnya mengatakan bahwa Ayah Lee tidak berhenti bangga, berbicara maupun bersuka saat Lee berhasil di Chicago Tribune. Kasih karunia merengkuh Lee.
"Dan saat kasih karunia Allah benar-benar menggoncang hidup saya -mengampuni saya, mengadopsi saya, dan mengubah hidup serta kekekalan saya- sesuatu yang lain menjadi jelas: betapa tragisnya untuk menahan berita kasih karunia itu kepada orang lain" (hlm 182).
Saya menyimpulkan bahwa:
Stephanie mendapatkan kasih karunia dari pengalamannya yang pahit, ketir dan menjijikannya;Jud menemukan kasih karunia dari kecanduannya, kehancuran hidup seorang narkoba;Hazen menjumpai kasih karunia dari pengetahuan dan pengujian akan ilmu pengetahuannya;Duch menundukkan diri dan bertobat dalam kasih karunia mengakui perbuatan keji dan tidak manusiawinya;Cody memperoleh perjumpaan manis melalui pelukan seorang relawan Gereja;Kasih karunia meluluhkan situasi sulit Brad dan Heidi (sepasang suami istri) yang pernikahannya di ambang batas;Pertobatan Andrew menjadi nyata dan mendorong jiwanya untuk menghampiri kasih karunia;Kasih karunia merengkuh Lee dalam keangkuhan dan kekerasan hatinya.
Anugerah Allah menyentuh manusia saat titik terendah, terpuruk, terdalam yang manusia bisa rasakan. Banyak macam dan kejadian kasih karunia ditemukan, disadari dan didefinisikan oleh masing-masing orang. Yesus Kristus yang mati di kayu salib mengizinkan kita berdamai dengan Allah. Semua orang yang disentuh kasih karunia akan berubah dalam pertobatan. Tidak ada pertobatan tanpa perjumpaan kasih Allah dalam Kristus.
"Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus" - Yoh 1:16-17
Kasih karunia bukan tentang saya mencari Allah. Sebaliknya, Allah mencari kita yang berdosa. Seperti lagu John Newton, "Amazing Grace" sungguh manis Anugerah yang menyelamatkan saya dari keberdosaan dan kebobrokan.
Kasihanilah kami, ya Tuhan, orang berdosa ini.
Buku ini bagus bagi Anda yang bingung membaca kalimat dogmatika (pernyataan yang dijadikan hukum) Gereja dan sekaligus menyelidiki tentang kasih karunia. Anda dapat menemukan buku ini dalam bahasa Indonesia yaitu Penerbit Literatur Perkantas Jatim.
Silahkan dibeli: Buku The Case For Grace oleh Lee Strobel
Judul : The Case For Grace (Penyelidikan tentang Kasih Karunia): Seorang Wartawan Mengeksplorasi Bukti dari Hidup yang Diubahkan.
Penulis : Lee Strobel
Terbitan : Literatur Perkantas Jatim
Tahun : 2020
Jumlah : 240 hlm
Judul Asli: The Case For Grace
penulis: Lee Strobel
Terbitan: Zondervan
Tahun: 2015.
Komentar
Posting Komentar