Short Apologetics - Kesaksian Malu Dalam Injil Markus
Markus 5:6-7 (TB) Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
Banyak ahli Perjanjian Baru menyatakan Injil Markus dituturkan melalui Rasul Petrus (satu dari dua belas Rasul; Mat 10:1-4; Mrk 3:13-19; Luk 6:12-16) yang dituliskan oleh Rasul Markus (satu dari ketujuhpuluh murid-murid lihat Luk 10:1-14; Ante Nicene Fathers Vol 4 tulisan dari Hipolitus). Injil Markus disepakati oleh sejarawan sebagai injil yang paling awal ditulis (55-60 M).
Salah satu bagian yang dituliskan ialah laki-laki yang kerasukan setan di Gerasa seperti yang saya kutip di atas. Hal ini menandakan sang penulis injil memahami situasi dan menuliskan apa adanya. Mengapa demikian? Jawabannya karena tulisan ini memenuhi kriteria Rasa Malu dalam studi literatur sejarah.
Mari kita renungkan bersama kira-kira "mengapa injil Markus harus menuliskan pengakuan seseorang yang kerasukan setan untuk menunjukkan pengagungan akan Yesus sebagai Anak Allah?" Jika memang itu apa adanya ya mau tidak mau tulisan tersebut otentik. Jika tidak, mengapa perlu repot-repot menuliskan? Bukankah ini memalukan harus menyuratkan pengakuan orang yang kerasukan setan?
Ahli sejarah Perjanjian Baru, Craig Evans dalam bukunya Merekayasa Yesus mengungkapkan kriteria rasa malu ini sebagai berikut:
"Yang dimaksud kriteria ini adalah bahwa informasi yang potensial menciptakan sesuatu yang janggal atau memalukan bagi gereja mula-mula bukanlah sesuatu yang ditemukan orang Kristen sesudah Paskah. Perkataan dan tindakan "yang memalukan" adalah hal-hal yang melacak balik pelayanan Yesus. Karena itu, suka atau tidak, hal itu tidak bisa dihapuskan dari bank data Yesus."
Gampangnya seperti ini, katakanlah jika anda memiliki idola. Mungkinkah anda jujur bila idola anda bertemu dengan orang-orang berdosa lainnya, mengumpulkan sampah-sampah, bahkan mati dengan hukuman paling memalukan?
Inilah rasa malu yang dimaksudkan. Artinya meskipun memalukan bagi Gereja namun tetap ditulis dan tetap berada di kitab Injil. Kriteria rasa malu menunjukkan suatu karya atau tulisan itu apa adanya. Dengan kata lain, narasi tersebut adalah orisinil/otentik.
Anda dapat menemukan kebenaran injil Markus yang diutarakan dalam tulisan Paul Barnett berjudul Is New Testament Reliable? Elaborasi Barnett mencatat detail kejelasan mengenai tempat, waktu dan orang yang disebutkan Injil Markus.
Kutipan dari Is New Testament Reliable? (p.87) |
Kesamaan pola episode di Injil Markus pula sama seperti pembicaraan/kesaksian Rasul Petrus mengenai Tuhan Yesus Kristus kepada Kornelius (keseluruhan susunan Injil Markus dengan Kis 10:34-48). Berikut kutipan dari Barnett:
Poin-poin utama yang disampaikan Petrus kepada mereka adalah:- Setelah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis;- Allah mengurapi Yesus dari Nazaret dengan kuasa!- sehingga ia memberitakan Injil, mulai dari Galilea dan ke seluruh Yudea;- Allah menyertai Dia ketika Ia pergi menyembuhkan semua orang yang ditindasoleh iblis;- Orang-orang Yerusalem menyalibkan Dia.- Tetapi Allah membangkitkan Dia pada hari ketiga
Bukti ini menguatkan bagaimana konsistennya Injil Markus sungguh-sungguh menulis kebenaran ketimbang membuatnya "terlihat benar". Kriteria rasa malu, kejelasan tempat, orang dan penuturan dari Rasul Petrus.
Kesaksian ini dikuatkan pula oleh Papias (Murid dari Rasul Yohanes) dan Irenaeus (Murid dari Polikarpus atau cucu murid Rasul Yohanes):*
Kutipan dari Merekayasa Yesus (p.232) |
Setelah kepergian mereka [Petrus dan Paulus], Markus, murid dan penerjemah Petrus, telah menuliskan kepada kita secara tertulis apa yang telah diberitakan oleh Petrus. (Irenaeus dari Lyons)
*saya menjadikan ini sumber sekunder; sedangkan Injil ialah sumber primer
Demikian short apologetics kali ini, saya menyimpulkan Injil Markus adalah sumber saksi mata yang dituliskan serta diturunkan secara otentik. Kebenaran yang diungkapkan Injil Markus adalah sesuai kejadian yang ada.
Allah Tritunggal memberkati.
Referensi:
1. Craig Evans, Merekayasa Yesus, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, p42-3; 232. Setidaknya ada banyak kriteria untuk literatur kuno selain rasa malu, kriteria perbedaan, budaya, pembuktian kolektif, koherensi dan konsistensi historis. Saya memilih kriteria rasa malu ini yang paling mudah ditangkap dan terlihat khas dalam suatu ilmu sejarah.
2. Paul Barnett, Is New Testament Reliable?, Downers Grove: InterVarsity Press, 2003, p 74-88.
3. Brant Pitre, The Case for Jesus, New York: IMAGE, 2016, p.50-2.
Komentar
Posting Komentar