Refleksi - Kerendahan Hati
Sifat rendah hati (English: Humility) merupakan sikap yang sulit dihadirkan dalam diri manusia. Jelas saja, sifat seperti ini tidak sengaja diturunkan secara genetika melainkan diajarkan, dilatih dan dibangun. Salah satu kebiasaan yang diajarkan oleh Mentor Rohani saya ialah menyapu dan mengepel. Ya, Saudara/i tidak salah baca. Menyapu dan mengepel lantai.
Hal yang sama juga ditekankan dalam kehidupan profesi yang pernah saya jalani. Kami sebagai dokter gigi muda yang harus menyelesaikan pemenuhan jumlah kasus. Harus dibarengi kegiatan menyapu dan mengepel di daerah ruangan kerja setiap habis kerja. Awalnya ngedumel dan protes. Namun hingga kini, aktivitas ini membantu serta melatih saya menjadi pribadi disiplin setelah selesai bekerja. Alhasil bila ada lantai kotor atau ruangan berantakan masih juga saya mengambil bagian bersih-bersih secara spontan.
Melalui refleksi singkat ini. Izinkan saya menjelaskan hubungannya kegiatan menyapu dan mengepel dengan kerendahan hati?
Ilustrasi Menyapu Sumber: pexels.com/Yan Krukau |
Siapapun dan apapun keadaan kita, tetap saja melakukan kegiatan ini (kecuali benar-benar malas atau alergi). Ini menandakan membersihkan tempat yang kotor tidak memandang dan peduli soal status sosial, pekerjaan, anak ke berapa, golongan apa, atau anak siapa tetap saja bisa mengambil kegiatan ini.
Singkatnya menyapu maupun ngepel dapat menjadi momen memanusiakan manusia. Membuat kita sadar bahwa kita masih manusia yang bisa salah, kurang, maupun teledor. Pekerjaan orang lain tidak lebih buruk dari kita. Sebagai orang yang memiliki kedudukan masih harus ingat tetap manusia, tetap bukan manusia super atau hidup dalam semau gue.
Ilustrasi Mengepel Sumber: pexels.com/pixabay |
Ketika saya merenungkan kerendahan hati dalam menyapu dan mengepel saya sadar masih banyak bentuk keegoisan dan kesombongan melekat. Enggan bicara dengan lembut, tidak menegur sapa orang lebih tua, dan menunda pekerjaan.
Mazmur 51:3 (TB) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Seperti Raja Daud menyatakan "kasihanilah aku ya Allah" menandakan kerendahan hati seorang yang mengaku dosa. Padahal Daud adalah Raja, ia memilih mengakui dan menghormati kedudukan Allah yang lebih tinggi dan agung. Sama halnya seperti pemungut cukai.
Lukas 18:13 (TB) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Tuhan Yesus mengajarkan doa dan sikap hati pemungut cukai dibenarkan di hadapan Allah karena rendah hati. Sesungguhnya kita tidak punya apa-apa di dunia ini. Semua sementara bahkan nafas kehidupan kita pun dipinjamkan oleh Allah.
Seorang pemungut cukai yang zaman itu tidak disukai karena pekerjaan mereka dikatakan "berkhianat" dengan bangsa sendiri (menagih pajak untuk penjajah). Hal ini menarik lantaran Tuhan Yesus menjadikan tema dalam perumpamaan-Nya. Pembandingnya tidak main-main yaitu orang Farisi yang terkenal akan kegiatan Agamawi, kehormatan dan dijunjung sebagai orang saleh.
Seperti kita ketahui, pengajaran Tuhan Yesus memang mendobrak "pintu" agama saat itu di mana penekanan ritual harus dibarengi rendah hati. Tidak menganggap remeh orang lain.
Kegiatan menyapu dan mengepel berhasil membuat saya sadar bahwa saya masih manusia yang bisa kotor. Tidak ada yang istimewa ketika saya berpakaian rapi toh akan membersihkan lantai yang kotor pula. Sadari atau tidak pekerjaan yang satu ini dihargai murah tetapi memiliki dampak yang besar bagi karakter.
Dari menyapu dan ngepel, saya belajar hidup hanyalah soal waktu kadang bisa kita memimpin kadang kita yang dipimpin.Dari menyapu dan ngepel, saya ingat untuk tidak meremehkan orang lain.Dari menyapu dan ngepel, saya sadar masih manusia yang sama dengan yang lain.
Tuhan Yesus mengajarkan kita rendah hati sama seperti Dia. Ia rela mati di kayu salib untuk menyucikan hidup saya dan Saudara/i.
Filipi 2:8-9 (TB) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
Doa Puja Yesus (The Jesus Prayer) adalah salah satu dari sekian banyak praktik doa Ortodoks yang mengarahkan hati kepada Kristus. Praktek doa ini juga saya coba renungkan dan tambahkan pada jam-jam doa.
"Tuhan Yesus, Putera Allah yang Tunggal, kasihanilah kami, orang berdosa"
Doa ini dibarengin sikap hati tunduk dan ikhlas tertuju kepada-Nya. Gerakan sujud untuk membentuk penundukan diri. Dalam kalimat doa itu terdapat dua pengakuan yaitu pengakuan iman Yesus sebagai Tuhan dan pengakuan dosa yang membutuhkan kerendahan hati.
Allah Tritunggal memberkati.
Amin.
Wooow keren 👌Makaseh banya ibu dokter Tirsha Winata 🙏 buat pencerahannya saya setuju 100%,karena banyak orang selalu mencoba untuk menghindar dari kegiatan yang satu ini alias tidak mau padahal sesungguhnya hal ini kalau kita responi maka ada nilai tambah secara pribadi sudah kita terima salah satunya pembentukan karakter Kristus.
BalasHapus