Ulasan - The Term Physis and Hypostatis in the Early Church karya Fr. Tadros Y. Malaty
Sosok Yesus merupakan sentral dalam iman Kristen. Yesus Kristus yang menjadi pemimpin dan juga pusat penyembahan umat Kristiani seluruh dunia. Namun, menurut Anda siapa Yesus Kristus? Mesias? Pribadi Allah Kedua? Sobat? Sahabat? Gereja abad pertama memiliki pergumulan sendiri untuk memberikan "pagar-pagar" Kristologi (ilmu yang mempelajari Kristus, gelar, pribadi-Nya dan semua tentang Kristus).
Kali ini, ulasan ini membahas tulisan Fr. Tadros Y. Malaty mengenai istilah Physis and Hypostatis in the Early Church. Fr. Malaty membuka tulisannya dengan pendahuluan terminologi "physis", pandangan gereja dan bagaimana situasi Gereja kala itu - tentunya secara singkat. Ada dua ajaran yang membuat Gereja meluruskan dan menegaskan Kristologi yang ortodoks. Ajaran Nestorianisme (dua pribadi Kristus yang terpisah antara natur Ilahi dan kemanusiaan-Nya) dan Eutikesisme (satu kesatuan pribadi Yesus dimana natur ilahi-Nya "mengalahkan" natur kemanusiaan-Nya).
Maka tak heran, tulisan yang terdiri dari 46 halaman pertama-tama berisikan sejarah gereja awal dari sisi Gereja Koptik di Alexandria dan Gereja Syria di Antiokhia (Mesir - Fr. Malaty menggunakan istilah Alexandrian; Siria - Fr. Malaty menggunakan Antiokhia). Pengamatan saya literatur satu ini bukan tulisan sejarah saja tetapi pula bernada apologetis. Bukan tanpa alasan, karena Gereja Ortodoks Koptik dan Antiokhia (selanjutnya dituliskan Koptik dan Antiokhia saja) menjadi terpisah di konsili Kalsedon karena perbedaan pandangan Kristologi mengenai formulasi pribadi dan natur Yesus Kristus. Koptik dan Antiokhia dituduh sebagai monofisit (kesatuan Pribadi Yesus seolah-olah meleburnya Ilahi "meniadakan" manusia-Nya). Padahal tidak demikian adanya.
Pandangan Koptik dan Antiokhia sebenarnya mengacu pada:
St. Cyril repeatedly maintained the formula “mia-physis tou Theou Logou Sesarkomene (“one nature of the Incarnate Word of God“), explaining it in detail, confirming the hypostatic union between the Godhead and manhood as a natural and real union, to defend the faith against Nestorianism. St. Cyril himself who devoted all his life to defend the orthodox faith against Nestorius used it as an Athanasian formula. (Hlm 6)
Lebih lanjut, Fr. Malaty mengutip dari Sellers bahwa sebagian besar Uskup yang hadir di Konsili Kalsedon memegang prinsip Kristologi St. Athanasius.
St. Athanasius was: ”one incarnate nature of the Word of God“.
Pandangan Kristologi St. Athanasius inilah yang diteruskan oleh St. Cyril (konsili Efesus) kemudian oleh St. Dioscorus yang hadir dalam konsili Kalsedon.
Bagian lain dari literatur ini menceritakan tentang istilah-istilah sulit yang menjadikan Gereja sepanjang abad selisih paham. Sebut saja, istilah "physis, prosopon, ousia, substantia, hypostatis). Baik Barat-Timur dan Oriental yang berjalan terpisah setelah konsili Kalsedon. Namun bila ditinjau secara seksama, perbedaan posisi Kristologi Kalsedon dan Non Kalsedon sebagai berikut :
Kalsedon:
Satu Pribadi dalam Dua Natur. (In nature; Roma - Barat)
our Lord Jesus Christ is to be confessed as one and the same (Person), that He is perfect in Godhead and perfect in manhood, very God and very man, (Timur; kutip dari Orthodox Dogmatic Theology, hlm 176)*
Non-Kalsedon (Oriental):
satu natur Firman Allah yang Inkarnasi (one nature of the Incarnate Word of God; Alexandria)
Dua natur setelah kesatuan (two natures after the union; Antiokhia)
The non-Chalcedonians affirm that Jesus Christ the Logos Incarnate, is “out of two natures"; real Godhead and real manhood are thus to be seen in the One Christ. (Hlm 5)
Pandangan Kalsedon dan Non Kalsedon "gagal" dalam penyampaiannya. Memang hambatan bahasa dapat disalah mengerti oleh Barat dan Timur. Setelah membaca literatur ini, hampir-hampir tidak ada perbedaan definisi Kristologi melainkan hambatan bahasa dan sudut pandang. Tantangan di tiap daerah berbeda, Nestorian yang ingin memecah Yesus menjadi dua Pribadi (diselesaikan dengan hypostatic union; kesatuan unik dari Pribadi Yesus) dan Eutikes yang ingin meleburkan Yesus menjadi satu pribadi. (Diselesaikan dengan miafisit dimana kesatuan-Nya tidak meleburkan natur kemanusiaan-Nya).
The Alexandrians affirmed the unity of Christ’s Person to defend the faith against Nestorianism, while the Antiochenes affirmed the difference of the two natures against Eutychianism or the confusion of natures and the absorption of Christ’s manhood... (Hlm 31).
Eutikes sebenarnya telah ditentang di dalam Sinode lokal Alexandria dan Antiokhia bahwa apa yang menjadi pegangan Kristologi Eutikesisme (monofisit) berbeda dari Alexandria dan Antiokhia. Fr. Malaty menuliskan dalam literatur sebagai berikut:
We are not “monophysites“ as the Chaledonian churches called us recently, for this inaccurate term draws us closely to Eutychianism which we deny (hlm 12)
Miafisit menjadi satu istilah yang mendefinisikan satu kesatuan unik (hypostatic union) dari Firman Allah yang inkarasi. Tanpa bercampur, berubah, terbagi dan terpisah. Namun, pandangan Gereja yang mengikuti konsili Kalsedon menuduh Oriental sebagai Monofisit.
Pendekatan ayat Alkitab yang digunakan oleh Koptik ialah Yoh 1:14 "Firman itu telah menjadi manusia.." Saya akan mendeskripsikan singkat melalui tulisan Fr. Malaty menyatakan Miafisit:
We mean by “mia“ one, but not” single one “or” simple one” as some scholars believe. St Dioscorus declared in the Council of Chalcedon that he accepted the one nature “ out of two natures“. Not only do we believe in the presence of the perfect Godhead and the perfect manhood of Christ but in a dynamic presence without confusion or separation. (Hlm 12)St. Cyril confirms repeatedly that the “ one incarnate nature does not mean a confusion of natures, but it means that all the words and deeds of Jesus Christ are attributed to the One Incarnate God, and represent a “single operation” without confusion. (Hlm 13)
We find the answer in our belief of the “ mia-physis “. For the Lord is crucified (I Cor. 2:8) even if His divinity did not suffer, but His manhood, and the sacrifice of the Cross is attributed to the Incarnate Son of God; and this has the power to forgive the unlimited sins committed against God (hlm 24)
Agaknya memang Konsili Kalsedon memiliki muatan politik meski bukan diskusi teologinya yang bermasalah. Akhirnya ada ketidaksetujuan dan persetujuan antar Gereja kala itu.
Saya menyimpulkan bahwa literatur singkat ini ingin mmengantarkan muatan Kristologi Alexandria dan Antiokhia lebih terbuka. Salah paham yang terjadi harus berakhir dengan ketulusan, saling merangkul, saling mendukung agar Yesus Kristus dimuliakan sepanjang abad dan semua manusia.
Menutup ulasan ini, saya memberikan gambar cuplikan dari kesimpulan tulisan Fr. Tadros Y. Malaty: (hlm 40)
Sumber: Malaty, Physis and Hypostatis, hlm 43 |
Melalui ulasan kali ini, saya mendorong kita berani membaca tulisan "beraroma" dogmatik untuk menyelidiki lebih jauh sejarah Gereja dan pergumulan teologis di dalamnya. Tujuannya bukan untuk menyalahkan apalagi memperparah melainkan melihat bersama perkembangan cara pandangan manusia terhadap Tuhan.
Literatur ini layak dibaca karena memberikan wawasan bagi pembaca mengenai Kristologi Gereja Oriental dalam hal ini Gereja Ortodoks Koptik. Meski bahasanya sedikit tinggi, tapi masih dapat disederhanakan yang merupakan keahlian dan ciri khas tulisan dari Fr. Malaty. Kesulitan bahasa manusia adalah hambatan untuk mengungkapkan Tuhan. Karena kita ciptaan yang mencoba mendefinisikan sang Pencipta dalam bahasa yang mudah dimengerti. Yang terbatas mencoba mendeskripsikan yang tidak terbatas.
We use theological terms in human language, to understand and teach theology, but in fact they are incapable of explaining divine truths and their deep meanings (hlm 2)
Isi dari literatur menjelaskan singkat bagaimana pandangan Kristologi dari Gereja non Kalsedon dan Kalsedon. Kemudian, ini juga dapat menjadi bekal kita berapologetika, untuk tidak diombang ambingkan pengajaran sesat, polemikus yang sok tau apalagi kesesatan berpikir. Kristus menjadi tokoh yang terus diperbincangkan sepanjang abad dan jangan sampai lupa bahwa Gereja dipanggil untuk memberitakan, menyampaikan serta memuliakan-Nya.
Terpujilah Tuhan kita.
*Kutipan tambahan dari pengulas, tidak terdapat pada tulisan Fr. Tadros Malaty.
silahkan download: Fr. Tadros Y. Malaty The Term Physis and Hypostatis
Bagus 👍🏻👍🏻
BalasHapusTerima kasih Pak. Sudah mampir.
HapusMemang banyak kesalahpahaman yang menurut saya pribadi sangat konyol sampai harus menuduh saudara sendiri tergolong sesat. Hal ini diperparah dengan adanya motivasi politis dan arogansi dimana masing-masing golongan berpikir bahwa mereka yang paling benar dan paling layak.
BalasHapusPadahal undangan dialog secara terbuka antara satu sama lain, yang lebih beradab harusnya terpikirkan oleh tokoh-tokoh terpandang ini.
Oh betapa sulitnya mewujudkan doa dari Tuhan kita sendiri untuk menjadikan kita semua satu. Kyrie Eleison...
Kyrie Eleison. Ya benar. Saatnya bersatu untuk memuliakan nama Yesus Kristus.
Hapus