Ulasan - Memandang Sabit Melalui Mata Salib karya Dr. Nabeel T. Jabbour
Dr Nabeel T. Jabbour masih asing di telinga saya tetapi judul bukunya sangat menarik perhatian saya untuk membeli. Mungkin kira-kira ada sekitar 3 tahun di rak buku tanpa saya membuka plastiknya. Tiba saatnya saya membuka buku tersebut, wow cover depan saja begitu menarik perhatian. Pasalnya ada semacam motif emas mengkilap bila terpantul cahaya pada kata "Sabit" dan "Salib". Kita langsung mengetahui pesan yang dibawa dalam buku ini. Dengan menghadirkan kedua "Icon" Islam dan Kristen. Ditambah lagi ada tulisan tajuk di bagian bawah judul buku tersebut "Pemahaman-pemahaman Mendalam dari Seorang Kristen Arab".
|
Buku ini terdiri atas pandangan Dr. Jabbour yang membawa kita melihat paradigma saudara kita, Muslim yang memandang bagaimana Kristen itu. Buku ini dituliskan dengan memperlihatkan kepiawaian Dr Jabbour dalam membawakan materi yang dinarasikan. Ia menciptakan tokoh fiktif dari pengalaman beberapa orang yang ia jumpai. Topiknya tetap sama yaitu bagaimana Kristen di mata Muslim.
Menurut Dr. Jabbour, ternyata ada tiga hal yang menjadi penghalang atau engsel-engsel penghambat:(dari sudut pandang yang disampaikan Ahmad - tokoh fiktif - sebagai sang teman Dr. Jabbour dalam buku itu)
1. Pesan Anda
"Pesan Kristen Anda merupakan suatu pesan yang asing bagi saya. Asing dalam perbendaharaan katanya dan asing dalam isinya juga..." (hlm 40)
Pada poin "Pesan Anda" ada sekitar empat poin yang menjadi bagiannya. Saya hanya mengutip satu bagian kecil saja. Saya jujur mengakui bahwa ini membuat saya berpikir, ia benar kita tidak bisa serta merta memaksakan suatu perbendaharaan kata-kata. Contoh: menggunakan kata "Haleluyah" dan semua berbau Kristiani, sesaat jika ada orang yang menerima Kristus. Ini dapat menjadi penghambat.
2. Anda, Pembawa Pesan
Tegas bagian ini dimulai oleh Ahmad dengan "Kekristenan adalah agama Barat, dan kami orang Muslim memiliki sejarah panjang dengan Anda orang Kristen. Izinkan saya menceritakan kepada Anda sekelumit tentang sejarah ini." (Hlm 43)
Saya sama terkejut dengan Dr. Jabbour. Stigma Barat tidak bisa lepas dari Kristen.
"Kekristenan bukanlah agama Barat, kata saya kepada diri saya sendiri." (Hlm 43)
Memang benar. sekiranya ada delapan poin dari bagian Anda, Pembawa Pesan. Benar-benar kita yang membawa selalu dilihat pertama kali. Karena manusia melihat dari mata, apa yang terlihat di depannya. Baik kelakuan, perkataan, perbuatan, ketulusan dan semua hal yang dapat dilihat mata.
3. Saya, Penerima
"Jika saya menjadi seorang Krsiten, sistem pendukung hidup saya akan hancur. Kalau memang demikian, saya akan tak punya rumah dan tak punya keluarga. Bagaimana saya bisa hidup? Bisakah Anda menyediakan bagi saya sebuah sistem pendukung hidup yang baru?" (hlm 51)
Ini sangat baik apa yang diutarakan oleh Ahmad. Saya pun setuju, bila saya di pihaknya akan menanyakan hal demikian. Maka ini menjadi problematik bersama. Dr. Jabbour menjadi dengan dua skenario yang baik, (1) konvensional: Menginjili dan melindungi seadanya; (2) konservatif: artinya tetap memelihara hubungan baik meskipun menginjili. Mungkin ada orang yang sudah menyampaikan Injil kemudian "itu urusanmu dengan Allah. Kamu sudah memiliki pengantara dan berdoalah kepada Allah" menurut saya ini tindakan yang egois - meskipun sebagian kecil saja. Seolah-olah menyuruh orang mencari jalan keluar sendiri, padahal tidaklah demikian hendaknya menjadi injili.
Tiga hal di atas dibahas di sepanjang buku Dr. Jabbour. Kemudian beberapa bab selanjutnya ia akan menjawab dengan mendalam setiap poin yang diutarakan oleh Ahmad. Akan tetapi, Dr. Jabbour tetap menggunakan bahasa yang dapat dimengerti.
Melalui buku ini, saya juga menemukan ada beberapa kutipan yang menarik seperti:
"Post-modern tak menghiraukan semua ini dan berjalan seolah-olah keyakinan itu bersifat relatif, kebenaran itu diciptakan dan karena itu bersifat subjektif" (hlm 186).
"Tunduk berarti sadar Allah campur tangan dalam kehidupan kita. Jika kita lebih sibuk dengan orang yang kita tunduki namun tidak sadar akan pekerjaan Allah, maka hasilnya adalah kepatuhan buta atau pemberontakan batin." (hlm 261).
Saya ikut merubah paradigma bagaimana teman-teman saya yang "diseberang" memandang kita. Saya sangat setuju dengan Dr. Jabbour, jika kita memakai kacamata coklat dan kita cenderung atau memaksa orang memandang warna coklat adalah warna satu-satunya yang paling benar dan nyata. Tidak demikian, kita harus berani mengerti pemahaman lintas-budaya. Dengan cara memakai kacamata berwarna lain dari pandangan Islam.
Tulisan Dr. Jabbour ini sangat menggugah iman kita terutama Kristen Injili. Bahasa yang mudah dimengerti, skenario dan pengandaian yang dapat ditangkap dengan menyeluruh. Singkatnya, jangan merasa pandangan kita paling benar, jangan membuat batu sandungan untuk penginjilan, dan jangan memaksa orang yang baru bertobat melepaskan budaya dan ras mereka. Saya pikir saya ini cukup mewakili walau hanya sedikit. Anda dapat membeli sendiri untuk melengkapi referensi Anda.
Selamat membaca.
Dapat dibeli : Shopee - Memandang Sabit Melalui Mata Salib, Tokopedia - Memandang Sabit Melalui Mata Salib.
Spesifikasi buku:
Bagus, spy kita tidak ambisius buta menginjili muslim tanpa tau kontek dan main tembak saja. 🙏🙏🙏
BalasHapusMakasih sudah mampir
Hapus