Trisagion: Kudus, Kudus, Kudus

sumber: pixabay (pexels.com)

Mungkin bagi anda yang berdenominasi (aliran) Protestan kata "Trisagion" terdengar asing. Namun, beda dengan Katolik dan Ortodoks. Menurut McHugh, Trisagion digunakan di Timur pada pertengahan abad V. Muncul dalam ritus Galican (Gereja Gaul atau Perancis) yang dinyanyikan dalam bahasa Yunani dan Latin. Untuk gereja Katolik baru diperkenalkan pada abad XI saat Jumat Agung. Chupungo menyatakan bagi gereja Koptik Trisagion dikumandangkan sebelum sebelum membaca Injil. 

Sebenarnya apa sih Trisagion ini?
Fr. Tadros Malaty dalam bukunya The Apostolic Father menyebutkan St. Ignatius dari Antiokhia yang menetapkan Himne (nyanyian) Trisagion setelah pengalaman spiritualnya. Malaty menyebutkan: 
It was said that he saw in a vision the angles praising and glorifying God, singing the “Trisagion,” he then conveyed what he saw to the church of Antioch. Later this spread to the rest of the churches. 
Malaty mengungkapkan kata Trisagion berasal dari bahasa Yunani berarti tiga kali Kudus. Himne atau nyanyian ini ditujukan kepada Kristus dan digunakan di gereja Ortodoks.

Santo Ignatius dari Antiokhia sendiri merupakan salah satu dari antara generasi kedua (Apostolic Fathers; Polikarpus dari Smirna, Papias dari Hierapolis dan sebagainya) setelah Rasul atau dapat dikatakan murid para Rasul. Ia diajar oleh Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Himne Trisagion yang ia buat dari menyaksikan bagaimana para malaikat memuji Allah tersebar ke seluruh gereja yang ada. 

Bagi saya dan keluarga memanjat Himne Trisagion pertama-tama disebabkan karena Allah mengingatkan saya untuk berjaga-jaga. Sebagai kepala keluarga, para Ayah wajib melindungi dan memiliki sikap hati yang benar saat berdoa. Oleh karena itu, Trisagion menjadi bagian dalam pemanjatan doa kami. Saya sendiri mendapatkan referensi dari teman Ortodoks Koptik dengan Aplikasinya Doa Agpeya (rangkaian doa sehari atau sembayang 7 kali dalam sehari orang Koptik), dan doa ini pula yang kami pakai seperti berikut:

Allah Kudus, Mahakuasa Kudus, Kekal Kudus, yang dilahirkan dari sang Perawan. Kasihanilah kami.

Allah Kudus, Mahakuasa Kudus, Kekal Kudus, yang disalib karena kita. Kasihanilah kami.

Allah Kudus, Mahakuasa Kudus, Kekal Kudus, yang bangkit dari kematian dan naik ke surga. Kasihanilah kami.

Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Sekarang dan selamanya. Dari segala abad hingga segala abad. Amin.

Ya, Tritunggal Mahakudus, kasihanilah kami (3x)

Ya, Tuhan ampunilah dosa-dosa kami.
Ya, Tuhan ampunilah pelanggaran kami.
Ya, Tuhan ampunilah kesalahan kami.

Ya, Tuhan, sertailah kami, sembuhkan mereka yang sakit dalam nama-Mu yang kudus. Ya, Tuhan, sertailah kami, berilah istirahat bagi jiwa-jiwa yang telah kembali kepada-Mu. 

Ya Tuhan, Engkau yang tanpa dosa, kasihanilah kami. Ya, Tuhan, Engkau yang tanpa dosa. Topanglah kami dan terimalah doa-doa kami. 

Karena bagi-Mulah kemuliaan, hormat dan kekudusan. Tuhan kasihanilah kami. Tuhan kasihanilah kami. Tuhan berkatilah kami. Amin.

Patut diingat, doa pengulangan bukan berarti mantra untuk mendekat kepada Allah. Itu pemikiran yang salah! Doa adalah cara manusia menyembah, merenungkan, memohon, berkomunikasi, meminta, mengakui kedaulatan Allah. Jadi, pengulangan doa bukan mantra melainkan ungkapan hati terdalam manusia untuk bersekutu dan mau dibentuk. Sama halnya permohonan yang diulang, apakah termasuk mantra? Kan tidak demikian!

Himne Trisagion berhasil membawa saya meminta dan merasakan pengasihanan Allah. Siapalah diri kita ini di hadapan Allah dan sesama kita manusia. Manfaat inilah kemudian membentuk diri yang rendah hati perlahan-lahan di hadapan Allah yang Maha besar.

Penekanan himne ini bukan hal asing dalam Yahudi. Tiga kali pengulangan dalam budaya Yahudi menunjukkan penghormatan tertinggi. Dan kata "Kudus" yang diucapkan tiga kali hanya ditujukan kepada Allah saja.

Penekanan pertama ada pada kata "Kudus, Kudus, Kudus" mengingatkan bagaimana penglihatan nabi Yesaya dalam kitabnya:
Yesaya 6:3 (TB) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"  


Juga Rasul Yohanes yang ia tulis dalam Wahyu.
Wahyu 4:8 (TB) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."  


Kata-kata itu mengingatkan kita akan pemandangan puji-pujian di surga. Kudus, kudus, kudus.

Kedua, penekanan kata "kasihanilah kami" harusnya tidak menjadi hal yang baru. Karena dalam Mazmur banyak dikatakan hal demikian. Anda dapat mencari di Alkitab atau Aplikasi Holy Bible Anda. 
Mazmur 123:3 (TB) Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; 
Dan kata-kata subjek orang pertama tunggal untuk menunjukkan pribadi Daud memohon kepada Allah. 

Jika himne ini memberkati umat Tuhan sepanjang abad bisa dipanjatkan oleh keluarga kami. Mengapa anda tidak memanjatkan sebagai doa atau himne untuk mengagungkan Dia? Allah begitu kaya dan limpah, kita mengingatnya dalam liturgi. Allah berkenan ditemui dalam tata ibadah. Semua untuk Dia - ingat pola kemah pertemuan. 

Menghormati-Nya dengan bersikap siapakah kita ini di hadapan-Nya. Di hadapan pejabat atau presiden saja, kita bisa segan dan hormat. Lebih-lebih di hadapan kesakralan sang Pencipta. Kadang manusia lupa karena kebejatan dan dosa. Trisagion mengingatkan dan mengubah pola pikir kita bahwa kekudusan-Nya yang membawa kita mendekat kepada-Nya yaitu melalui sang Anak dalam kuasa Roh-Nya. 

Semoga artikel ini bermanfaat dan memberkati Anda.

Kyrie Eleison 
Kyrie Eleison
Kyrie Eleison 
(Tuhan kasihanilah kami; Yunani)

Referensi:
1. Fr. Tadros Malaty, The Apostolic Fathers, Sporting: St George's Coptic Orthodox Church, hlm 87.
2. Michael P. McHugh dalam Encyclopedia of Early Christianity, 2nd Ed, New York: Routledge, hlm 1147.
3. A. Chupungco dalam Encyclopedia of Ancient Christianity, Downers Grove: Inter Varsityy Press, 2014, hlm 3:840.
4. Fr. Tadros Malaty, Dictionary of Church Terms, Sporting: St. George's Coptic Orthodox Church, hlm 97.
5. Rita Wahyu, Tautologia, available at: https://www.sarapanpagi.org/tautologia-alkitab-vt7482.html#p34000. Diakses: 19 Feb 2024.
Tautologia merupakan pengulangan kata. Disebutkan oleh Rita Wahyu bahwa Gaya bahasa Semit  "Jika diulang sebanyak "2 kali" artinya "very", jika diulang sampai "3 kali" (Ibrani: שָׁלֹשׁ פְּעָמִים - SHALOSH PA'AMIM) artinya "extremely."

Aplikasi Buku Bacaan Koptik: Buku Bacaan Koptik - Doa Agpeya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis