Refleksi - Pemisahan oleh Yesus (Mat 10:34)

Matius 10:34 (TB) "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.

Pernahkah anda membaca bagian ayat ini? Apakah anda pernah menemukan rasa yang aneh? Baiklah mari kita coba renungkan. 

Baru-baru ini, saya mengalami pengalaman baru. Suatu pengalaman peperangan rohani yang bagi saya nyata sekali. 

Kita menyadari dan meyakini bahwa dunia ini telah jatuh ke dalam dosa semenjak Adam dan Hawa. Dosa inipula yang mengakibatkan keterpisahan rohani antar Allah dan manusia (kematian pertama). Namun, kita patut bersyukur karena Allah berinisiatif menyelamatkan kita melalui karya keselamatan, Yesus Kristus.

Seseorang yang percaya bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya. Konsekuen harus mengikuti dan mengimani Alkitab sebagai pedoman dan tuntunan. Oleh sebab itu, tradisi duniawi harus ditinggalkan apabila tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Nah, di sinilah keberatan itu muncul. Di saat keluarga masih memegang kepercayaan/tradisi, kita yang sudah percaya Kristus harus bisa membawa diri apalagi berkata "tidak!"

Saya mengajak kita merenungkan bagian ayat ini. Lembaga Alkitab Indonesia memberikan judul perikop Yesus membawa Pemisahan, Bagaimana mengikut Yesus. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas bahwa saya mengalami peperangan rohani.

Saya sebutkan beberapa tradisi orang Tionghua antara lain pertama, tradisi kelahiran bayi tali pusar harus disimpan. Kedua, omongan orang tua, "pakaikan peniti". Ketiga, mimpi gigi copot tandanya sial dan banyak lainnya. 

Ternyata sebagai murid Kristus, kita harus memilih dengan bijaksana. Bahwa ketika kita memutuskan mengikuti-Nya, akan ada pola pikir yang berbeda. Ada iman yang berbeda. Ada pengambilan keputusan yang jelas bertolakbelakang. 

Terutama pemisahan secara spiritual akan kepercayaan dan tradisi seperti demikian dengan keluarga besar. Kita tidak lagi mengikuti tradisi dan omongan keluarga karena bertentangan dengan Firman Tuhan. Selain itu, adapula isapan jempol, tahayul dan lain sebagainya. Memang pemisahan Yesus ibarat Pedang yang tak membawa damai. 

Jelas! Kita dipisahkan pemikiran dengan orang tua kita. Siapa yang tidak takut dan gentar? Karena Yesus sendiri yang berkata demikian.

Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus, Ia mengingatkan kita bahwa akan menyertai kita yang percaya kepada-Nya hingga akhir zaman (Mat 28:18-20). Penyertaan-Nya akan menjadikan kita saksi Kristus. 

Pemisahan seperti inilah yang saya alami. Bukan berarti kita tidak hormat, kita justru hormat tetapi kita tidak bisa taat dengan tradisi turun temurun. 

Jadi, bagaimana dengan solusinya? Berikut yang saya tawarkan:
Pertama, Allah kita sembah adalah Allah yang berdaulat. Ia berdaulat yang menyatakan diri-Nya. Oleh sebab itu, izinkan Ia bekerja dan menunjukkan cara-cara yang ajaib dan kreatif bagi kita. 

Kedua, yakini bahwa Ia membuka jalan maka Ia menemani. Saya meyakini Allah yang kita sembah tidak membuat kita menjadi kurang ajar bagi orang tua kita. Karena jika demikian, itu bertentangan dengan Hukum-Nya sendiri. (Kel 20:12)

Ketiga, tidak meninggalkan doa pribadi. Relasi yang sehat dibuktikan dengan komunikasi. Bersama Roh-Nya kita akan tetap terhubung dengan Allah. Yesus Kristus menjadi teladan kita bagaimana Ia berdoa pagi, hingga mslam sbelum Ia ditangkap. Doa menjadi kunci bagaimana orsng percaya berkomunikasi. Dengan Iman kita berdoa untuk melepaskan ikatan, belenggu, perjanjian, urusan, dan putuskan kuasa yang ingin merebut kita dari Kristus. 

Pemisahan Allah karena mengikuti Yesus itu akan memerdekakan kita. Bukan menyengsarakan kita. 

Happy New Year 2024.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis