Refleksi - Iman Mencari Pemahaman (Ayub 42:5)
Ayub 42:5 (TB) Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Tiga kata dalam bahasa Latin di atas bisa menggambarkan kondisi Ayub. Bagaimana pada akhirnya ia menjadi percaya bahwa Allah hidup dan melihatnya. Bukan hanya kegiatan kita yang dilihat atau diperhatikan melainkan hati dan relasi kita kepada-Nya.
Kata-kata itu dicetuskan oleh seorang biarawan Benekditin bernama Anselmus dari Canterbury. Kebanyakan teologinya dipengaruhi oleh teolog besar sebelumnya, Agustinus dari Hippo. Anselmus menyatakan seorang menjadi percaya karena pewahyuan yang kemudian mencari pengertian untuk pemahamannya. Akal seseorang akan membantunya menggumuli rasionalitas iman Kristiani.
Kata-kata di atas juga baru saya ketahui ketika mengikuti video pembelajaran Pengantar Trinitas oleh prof Yoas Adiprasetya sekitar 2 tahun lalu. Sekian lama saya merenungkan baru mengetahui hal di atas benar adanya. Layaknya Ayub yang sudah lama paham siapa Allah, apa pekerjaan Allah bagi manusia, apa yang harus dilakukan dan dijauhkan. Ayub tahu akan hal itu - tentunya lebih dalam dari saya. Tapi ketika di akhir kitab, Ayub baru menyadari menjadi percaya dan benar-benar percaya Allah itu secara langsung. Bukan apa kata orang.
Iman yang demikianlah yang harusnya kita miliki. Dahulu saya mengira orang yang ingin atau baru mau percaya harus dijejali pengajaran beranekaragam, pemahaman, dan diulangi terus menerus. Itu baik dan tidak salah. Karena terkandung kebenaran dari penyampaian kita.
Namun sekarang, saya berani bertaruh bahkan ketika orang tersebut tahu, membaca, dan paham akan Alkitab. Belum tentu ia percaya! Seperti Prof Yoas bilang, "anda dapat pelajari doktrin dan dogma agama lain, belum tentu anda percaya bukan?" Satu-satu jalan ialah iman yang menjadikan orang berpikir untuk mencari pemahaman. Ketika itu dibalik maka yang ada hanya "oh begitu ya" atau "itu hanya berhasil untuk kamu".
Alhasil iman mendahului pengetahuan. Bukan berarti kita hanya buta dengan berkata "imani saja". Tidak demikian! Tapi seiring perjalanan rohani kita akan menemukan pertanyaan teologis yang membawa kita merenungkan arti beriman. Siapa Tuhan? Bagaimana kuasa di balik-Nya? Kesulitan, berat, jenuh, penat dan bergairah mengikuti perjalanan rohani kita.
Sedikit banyak saya mulai melakukan dan terjun dalam apologetika. Argumentasi, silang pendapat, kekesalan dan rasa ingin menang selalu mengintai seorang apologis. Melalui refleksi kali ini saya kembali mendapatkan pembaharuan. Bukan karena debat saya. Bukan karena kepintaran atau argumentasi saya padat (tak bisa dibantah). Melainkan karena Imanlah seseorang percaya. Iman hanya diberikan melalui Roh. Iman kepada Yesus Kristus.
Yohanes 12:32
dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
Yesus sendiri yang menarik orang untuk percaya kepada-Nya. Hal ini mengantarkan kita bahwa Iman Kristen bukan iman yang buta apalagi terbelenggu. Iman Kristen adalah kemerdekaan dari dosa dan penghayatan setiap saat. Supaya kita serupa suri tauladan Kristen, Tuhan Yesus Kristus. Jangan hanya dengar kata orang untuk mencari pemahaman. Melainkan percaya dan alamilah Tuhan itu sendiri.
Iman mencari pemahaman.
Bukan,
Pemahaman mencari iman.
Pengkhotbah 3:11
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Kita menjalani pengalaman rohani seumur hidup yang akan menuntun kita mencari pemahaman. Berdoalah dan mintalah Roh Kudus menerangi setiap pemikiran dan iman kita!
Pertanyaan:
Sudahkah anda mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan mencari kebenaran-Nya? Apakah buktinya?
Komentar
Posting Komentar