Menjawab Tuduhan - Hitler Masuk Surga Ga?

Menit 44:39-45:24.
Keberatan 5: Jika memang Yesus menyelamatkan dosa umat manusia, kira-kira Hitler masuk surga ga? Kayaknya ga adil banget bila Hitler masuk surga padahal sudah bunuh 6 juta ornag Yahudi (Holocaust).

Terlepas maksud dan tujuan Hitler dalam politiknya. Cara pikir Dondy Tan hanya berdasarkan dari perspektif teologisnya. Untuk menyudutkan apalagi menginterpretasikan Kekristenan sebagai Agama tidak logis. Ditambah lagi dua orang Kristen yang bertanya tentang Iman barunya, hanya bisa mengangguk dan mengiyakan. 

Saya kira Video Youtube ini cuman jadi tontonan bongkar Alkitab dengan cara pikir orang lain. Melalui ini, Penulis akan mencoba menjelaskan singkat tentang keselamatan orang percaya. Untuk menjawab apakah Hitler masuk surga? Apakah keselamatan bisa hilang?

Penulis pernah melakukan polling mengenai apakah keselamatan bisa hilang? Hasilnya 7 dari 10 orang menyatakan keselamatan bisa hilang. Benarkah demikian? 

Sebenarnya saya pernah berada di posisi yang sama untuk memikirkan apakah Hitler diselamatkan atas yang dikerjakannya? Apakah orang jahat langsung gampang masuk surga setelah menerima Yesus? Bila keselamatan itu hanya percaya saja. Memang tidak adil rasanya.

Ternyata cara pandang saya juga salah, karena kasih karunia Allah tidak dapat dipikirkan oleh manusia. Kita selalu memikirkan atau mengukur tindakan orang lain lebih kejam dibandingkan diri kita sendiri yang tidak melakukan demikian. Akibatnya timbul ukuran masing-masing. Kita lupa bahwa kita semua sama di mata Allah. 

1. Semua orang sama berdosanya di mata Allah. 
Baik perjanjian lama dan baru mengajarkan pemahaman dosa yang sama. 
Mazmur 51:5 (TB) (51-7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. 

Roma 3:23-24 (TB) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Akibat kejatuhan Adam menjadikan gambar rupa Allah rusak. Sejak itulah kandungan kita telah memiliki natur dosa. 

Dalam Alkitab semua orang berdosa. Kehilangan kemuliaan Allah. Semenjak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Gambar dan rupa Allah menjadi rusak. Manusia yang tidak diciptakan untuk dosa, malah menjadi berdosa akibat ketidaktaatan. Semua manusia. Bayi, Anak kecil, remaja dewasa dan  tua. 

2. Perbuatan baik tidak mendatangkan keselamatan.
Roma 3:20 (TB) Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

Hukum Taurat bagi Yahudi adalah sebuah legalitas dan hukum tertinggi. Sedangkan bagi non Yahudi itu adalah hukum moral. 

Titus 3:4-5 (TB) Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, 
pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

Sekali lagi, Rasul Paulus menjelsaskan Dia (Yesus Kristus) yang menyelamatkan kita. Bukan Perbuatan baik yang kita lakukan. Sama sekali tidak berguna. 

3. Keselamatan adalah Anugerah Allah
Kejadian 3:21 (TB) Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.

Upah dosa ialah maut/kematian. Sejak kejatuhan harga dosa dibayar mati baru manusia dapat mendekati Allah. Hal ini terus berlanjut hingga berdirinya Bait Suci. Meminjam istilah Rita Wahyu yaitu tukar guling yang pertama. Allah jugalah yang berinisiatif melakukan korban pertama sebagai harga yang dibayar. 

Hingga tiba Sang Mesias dari Allah yang hadir ke dunia. Firman yang mengambil kemanusiaan (Yoh 1:14). Bambang Noorsena melalui bukunya Menuju Dialog Teologis Kristen Islam menyatakan sang Firman itu sendiri yang akan datang hadir sebagai Mesias. Penyelamat yang dijanjikan. Inilah yang disampaikan Yesus:

Yohanes 3:16-18 (TB) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Bagi yang mengaku berkata ia percaya Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, ia diselamatkan. Sebeliknya yang tidak mengaku tetap di bawah hukuman. Orang yang telah diselamatkan kemudian meminta pengampunan dosa disertai perubahan arah hidup (tobat) di hadapan Allah. Lalu dimanakah posisi perbuatan baik? Apakah kita bisa berbuat dosa seenaknya?

4. Posisi Perbuatan Baik setelah Selamat
Yakobus 2:17 (TB) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.

Tepatlah apa yang disampaikan Rasul Yakobus. Harus diingat: (1) perbuatan baik tidak membuat kita diselamatkan; (2) Karena kita telah diselamatkan maka dibuktikan dengan perbuatan baik; (3) bila kita berkata percaya tetapi buktinya seperti orang tidak percaya maka itu sia-sia. 

Sama halnya Rasul Paulus menuliskan demikian:
Efesus 2:8-10 (TB) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Keselamatan melalui Iman kepada Yesus mendahului pekerjaan baik. Nilai pekerjaan baik disahkan dalam iman sebagai bukti pertobatan.

Selanjutnya, lebih jelasnya kita belajar dalam perumpamaan tentang perumpamaan Pesta Kawin di Matius 22:1-14. Matthew Henry Commentary mengatakan alim ulama sedang menanyai Yesus tentang Diri-Nya apakah Mesias. Yesus menjawab dengan perumpamaan demi perumpamaan. Singkatnya dapat dilihat pada tabel ini:

Sumber: Armand Barus dalam jurnal Panggilan dan Respon Manusia Studi Matius 22:1-14

Singkatnya, bagian untuk menjawab Dondy Tan ada di sini:
Matius 22:11-13 (TB) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.
Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Wahyu menyatakan bahwa di budaya Timur raja memberikan dan menyediakan pakaian pesta. Para undangan menggunakan pakaian pesta berupa kain putih dan bersih yang melambangkan sukacita dan kebahagiaan.

Kalimat "Raja melihat ada seseorang tidak berpakaian pesta." 
Nah, apa sebenarnya pakaian pesta ini? 
Beberapa tafsiran oleh Sproul, Wahyu, Barus, O'Donelle, McArthur sepakat dengan pakaian pesta sebagai perbuatan kebenaran sebagai akibat atau buah pertobatan. Adapula komentar dari Bapa Gereja dan Reformator yang dikutip oleh Barus: perbuatan baik (Irenaeus), kesucian tubuh (Tertulianus), kasih (Agustinus) dan iman yang mewujud dalam kasih (Luther dan Calvin). 

Bila pakaian itu diberikan raja, maka kita bisa interpretasikan sebagai berikut: Allah yang mengundang kita masuk ke Kerajaan-Nya dan menginginkan kita memakai "jubah/pakaian" perbuatan kebenaran yang harusnya kita kenakan sejak sebelum masuk ke tempat Raja. Akan tetapi kita sombong, tidak sudi, enggan memakai perbuatan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Stern dalam Jewish New Testament Commentary menyatakan perumpamaan pesta kawin sudah ada di Perjanjian Lama. Stern juga menjelaskan pakaian bersih putih melambangkan perbuatan kebenaran (Wah 19:8). 

Wahyu 19:8 (TB) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.] 

"Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
Menandakan adanya pemisahan dan tidak dianggap apabila tidak ingin mengenakan kebenaran dalam Kristus.

Perumpamaan Yesus Kristus ditegaskan oleh Rasul Yakobus dalam suratnya kepada jemaat di perantauan.
Yakobus 2:17 (TB) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 

Sugiono dan Dompas memberikan pengertian bahwa surat Yakobus bersifat nasehat untuk orang Kristen Yahudi di perantauan. Erwin Zai menyatakan dalam jurnalnya Rasul Yakobus mempertanyakan bukti dari keselamatan dari orang-orang yang mengaku sudah diselamatkan. 

Craig Keener dalam IVP Bible Background Commentary menuliskan Rasul Yakobus mendorong orang Yahudi yang percaya bertindak untuk membuktikan iman mereka. Keramahan terhadap orang Yahudi yang lain meskipun mereka dianiaya atau disalahkan karena percaya Yesus. Meski surat ini dikhususkan untuk orang Yahudi, namun relevansinya masih untuk orang percaya masa kini. Sebagai bukti keselamatan kepada Yesus, adanya perubahan mulai dari perbuatan.

Apakah kita tetap bisa berbuat dosa?
Jawabannya iya. 
1 Yohanes 2:1-2 (TB) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Meski ada kecenderungan berbuat dosa tetapi kita memiliki pendamaian dan perantara yaitu Yesus Kristus. Orang Kristen sadar akan dosa, setelah percaya menjadi benci terhadap dosa! Bukan menyukai dosa dan keselamatan sebagai tameng. Itu adalah pemahaman dan ajaran yang salah!

David Jeremiah dalam bukunya Sepuluh Pertanyaan yang sering ditanyakan orang Kristen mengutip ayat:
1 Yohanes 3:9 (TB) Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.

Orang percaya yang lahir baru akan menjauhi dosa. Karena benih ilahi (Allah) ada dalam hidup orang itu. Apabila orang percaya berdosa maka akan ada tindakan rasa bersalah dan takut sebab ada Roh Kudus yang mengingatkannya untuk meminta ampun. Sehingga ada dorongan ilahi untuk hidup dalam kekudusan bagi orang percaya. 

Lalu, apakah kita hidup dalam dosa?
Roma 6:1-2 (TB) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 

Jauhkanlah pikiran demikian. Bukan berarti kita boleh bertekun dalam dosa. Melainkan kita tiap hari harus diperbaharui serupa dengan Kristus. Todd D. Hunter dalam Christianity Beyond Belief mengungkapkan dengan indah ketika kita mempercayai Yesus Kristus kita menyelaraskan hidup, pikiran dan perbuatan dengan-Nya. 

Komentar

  1. Lanjutkan pak, supaya mengedukasi banyak orang secara khusus orang percaya.

    BalasHapus
  2. Edukasi yg bagus, dg berbagai data yg mendasar, shg org yg bs berlogika tidak mampu menolaknya, amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis