Refleksi - Beragama Belum Tentu Berelasi (2 Taw 35:20-27)

Pada refleksi kali ini, saya akan mengajak pembaca untuk merenungkan satu kisah di Perjanjian Lama. Tepatnya 2 Tawarikh 35:20-27 yang mengisahkan seorang raja Yosia yang memerintah di kerajaan Yehuda. Kisah ini membuat saya berpikir dan merenungkan bagaimana hidupnya di akhir hayat. Yosia melakukan apa yang benar di hadapan Allah (2 Taw 34:2), terbukti ia melakukan pembaharuan di rumah ibadat yang telah lama diperlakukan tidak benar. 

Pada pasal yang sama ayat 1-19 baru saja dicatat bahwa Yosia melakukan Paskah. Ia sebagai raja di Yerusalem memperbaharui sistem keagamaan di sana. Sampai-sampai di ayat 18a dikatakan, "Paskah semacam itu tidak pernah dirayakan lagi di Israel sejak Samuel". Namun, ayat 19 plotnya kembali berubah. Yosia mengangkat senjata berperang melawan Nekho, raja Mesir yang saat itu ingin menyerang Asyur. 

Alhasil Yosia mati. Tertulis pada ayat 21-22, bahwa Allah memberikan pesan melalui Nekho kepada Yosia untuk tidak memeranginya. Yosia abai. Tidak mengindahkan. Ia malah bersikeras hingga akhirnya terkena panah dan mati. Ayat 25, nabi Yeremia membuat tulisan ratapan mengenai Yosia. 

Pembaharuan Agama dan relasi yang dilakukan Yosia membuatnya mati. Kok bisa? Padahal baru saja melakukan kehendak sesuai hukum-hukum agama. Mungkin kita bisa merenungkan bersama bahkan anda dapat menambahkan poin berikutnya:
1. Kegiatan keagamaan menjadi prioritas "kabur"
Banyak orang yang kegiatan keagamaannya luar biasa, ibadah, pelayanan dan sebagainya. Itu baik? Baik! Tapi menjadi tidak baik bila terbengkalai keluarga, pendidikanmu, keuanganmu, masa depanmu. Ya semua dijamin Allah. Benar semua ditentukan Allah. Tapi ingat kita juga harus berusaha. 

Banyak orang mengalami kejut agama, di mana kecintaannya bisa mengabaikan yang lain. Ada beberapa orang yang saya kenal lambat lulus karna pelayanan. Padahal pendidikannya adalah pelayanannya.

Tidak salah beragama, tidak salah melayani, tidak salah mengikuti banyak kegiatan rohani. Menjadi salah bila mengabaikan yang lain. 

2. Beragama belum tentu berelasi
Bagian yang paling saya tertegun, penulis Tawarikh, menurut tradisi adalah Ezra. Ia menyatakan bahwa pesan Nekho adalah dari Allah. 

Loh kok bisa, musuh menjadi pesan Allah? Apakah Yosia tidak peka? Ya sebenarnya Yosia sama dengan kita. Arogan. Merasa diri benar. Ini yang paling sulit ketika menjadi manusia. Ada saat di mana kita berhenti sejenak dan mengamati situasi untuk keberlangsungan hidup kita. Ini mengingatkan saya untuk tidak bertindak gegabah. Salah sasaran yang mengakibatkan perang.

"Perang" yang salah ini dapat kita minimalisir ketika kita mau melihat situasi dan kondisi. Apakah benar tindakan kita? Apakah ada damai sejahtera dalam mengambil keputusan?

Yosia tidak dikatakan punya relasi seperti yang dilakukan Daud semasa hidupnya. Tetapi dituliskan Yosia bertindak dan akhirnya mati. Tindakannya patut dipertanyakan, dari diri sendiri atas observasinya ataukah atas relasi-Nya dari Allah. Bila atas alasan relasi, saya pikir Yosia akan selamat dan cerita akan berjalan lagi. 

Yang saya pelajari
1. Beragama harus berelasi
2. Pesan Allah dapat tersampaikan melalui orang yang kita benci sekalipun
3. Hidup dengan penuh takut akan Allah

Siapakah kita ini bila kita masih mengandalkan Allah dalam seluruh hidup ini. Salah satu alat yang dapat kita jadikan perenungan harian ialah Doa Bapa Kami.
Bagaimana kita ini harus memuliakan Allah saja dan bergantung kepada-Nya. 

Selama kita masih hidup di dunia, napas kita adalah utang. Jadi gunakan sebaik-baiknya hidup ini.

Have nice weekend.
God bless.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis