Menjawab Tuduhan - Tampar Pipi Kanan Berikan Pipi Kirimu?

Pada tulisan kali ini, saya akan menjawab tuduhan dari salah tafsir dan pemikiran sesuai video yang beredar di medsos. Perlu diketahui jawaban ini berdasarkan sisi apologetis. 

Disclaimer: Mungkin bagi sebagian orang ini terkesan dangkal namun memang hanya informasi yang diperuntukkan bagi pembelaan iman. Di bagian ini pula saya membahas sesuai kajian Kristen tanpa menyinggung yang lain.

Anda dapat menonton video tuduhan dari link berikut: chanel Dondy Tan Ditampar pipi kanan, diem aja?

Inti Video: "ajaran Yesus ditampar pipi kanan berilah pipi kiri, masa diam aja ditampar? Kalau melawan maka tidak mengamalkan ajaran Yesus dong. Pihak "Kristen" yang bertamu melanjutkan Dia (Yesus) ga ngelawan waktu penyaliban padahal Dia mahakuasa. Dondy Tan menambahkan ajarannya bagus sangking bagusnya tidak bisa diterapkan."

Pembahasan:

Apa yang dibahas dan ditafsirkan secara hurufiah oleh Dondy Tan merupakan penggalan dari Perikop Yesus dan Hukum Taurat (Mat 5:17-48; Luk 6:27-36).

Ngomong-ngomong, Koh. Sebenarnya sudah masuk ranah tafsir secara hurufiah (literal) bisa ada ancamannya loh. Tapi ga apa-apa, kami apologet menjadi belajar akan pembelaan semacam ini. 

Memang pembacaan Alkitab hanya dilakukan oleh orang Cerdas Spiritual seperti ungkapan dari Heri IKIM. Bukannya ditelan mentah-mentah, namun kita berpegang dan butuh Roh-Nya untuk menerangi pembacaan seperti demikian.

Berikut ayat yang dibahas oleh Dondy Tan

Matius 5:38-39 (TB)  "Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

Kita akan membahas dan meluruskan:

1. Membaca teks Alkitab harus sesuai konteks. Eksegesis bukan Eisegesis.

Membaca Alkitab bukan membaca koran. Apalagi seperti membaca komik. Yang diinterpretasi, tafsir atau diartikan secara hurufiah. Apa adanya. Tidak seperti itu. 

Ada makna perlambangan, alegoris, metafora, dan sastra sesuai perkembangan jaman. Maka bagian ini (Mat 5:17-48) tidak lepas dari konteks. Yesus mengajar sesuai jamannya, dengan gaya saat itu.

Perkataan Yesus "kamu telah mendengar" itu menyatakan adanya pengajaran formal para Rabi yang telah diberikan saat itu. Biasanya terjadi verbal. Tetapi Yesus menaikan standar hukum Taurat. Melainkan menjadikan hukum-Nya sebagai pagar untuk orang Yahudi saat itu. 

Jadi, orang Kristen atau yang membaca Alkitab tidaj mengartikan hurufiah setiap teks. Orang Kristen hendaknya merenungkan dan melakukan penyerapan isi Alkitab baik secara historis, sastra, konteks zamannya (eksegesis) bukan memasukan isi pikiran ke Alkitab (eisegesis). Kemudian masuk ke Hermenutika atau penafsiran sesuai jaman sekarang. 


2. Kamu telah mendengar: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.

Pernyataan pertama Yesus pada bagian ini "Kamu telah mendengar". Menurut When Critics Ask karya Apologet Norman Geisler dan Thomas Howe menyatakan kata-kata Yesus merupakan afirmasi akan pengajaran yang berkembang saat itu dengan menggunakan tradisi oral.

"Mata ganti mata dan gigi ganti gigi" ini merupakan hukum yang bernama Lex Talionis atau hukum pembalasan. Hukum ini yang diterapkan dari masa Nabi Musa (Kel 21:23-25). Tidak ada pula yang mengartikan hukum ini secara hurufiah. Bila ditelan secara hurufiah yang ada bangsa Israel saat itu bisa habis dan punah.

Melainkan menurut Walter Kaiser Jr, dalam bukunya Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama mengartikan adanya ganti rugi yang seimbang. Kaki luka atau patah maka diganti dengan pengobatan setimpal. Kompensasi akibat kerugian yang terjadi tidak kurang dan tidak lebih. Singkatnya berimbang. Bukan pengobatan, ditambah asuransi ditambah liburan dan sebagainya. 

Geisler dan Howe melanjutkan bahwa Yesus sedang meluruskan suatu kebenarannya yang telah menjadi dangkal selama ribuan tahun. Sebenarnya Allah yang penuh kasih memerintahkan kasih baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dan tidak pernah pernah memerintahkan kita untuk membenci orang lain. 


3. Arti sederhana: "ditampar pipi kanan berilah pipi kirimu."

Apa maksud dan makna ditampar pipi kanan berilah pipi kirimu. Rita Wahyu dapat membantu kita untuk menafsirkan bagian ini: 

a. Tampar pipi kanan, bila berhadap-hadapan kita tidak bisa menampar pipi kanan menggunakan tangan kanan. Kecuali harus dengan punggung tangan kanan tersebut. Pada Jaman Yesus menampar dengan punggung tangan merupakan sebuah penghinaan. 

b. Berilah pipi kiri, maka dapat diartikan dengan adanya penghinaan. Bagaimana respon kita? Bila kamu berniat untuk membalas? atau berkelahi saat itu? Yesus secara implisit menyampaikan Jangan! Jangan lakukan. Tidak mendendam atas penghinaan yang diterima. Tidak membalas dengan kekerasan.

Sejalan dengan tafsir Matthew dari Teolog Reformed, R.C Sproul, menyatakan kita tidak membalas hinaan dengan hinaan. Melainkan pembalasan adalah haknya Tuhan. (Rom 12:19). Sebagai contoh, Sproul mengaku ia dihina-hina di dunia maya. Apalagi hinaan dan cercaan bukan mengenai pandangan teologinya. Melainkan serangan terhadap pribadinya. Dalam tulisannya, Ia tidak membalas atau merespon hal tersebut. 

Jelas! Pesan Yesus ialah berilah pipi kirimu, ini menegaskan penghakiman diserahkan kepada sang Allah. Guna membalas dan memberikan penghukuman.

Satu lagi, Pdt Esra Soru dalam tanya jawabnya mengatakan Yesus sendiri saat ditampar, Ia tidak memberikan pipi kiri lagi. Malahan menjawab dan  mengonfirmasi salah-Nya di mana. Jelas inilah makna memberi pipi kiri. 

Yohanes 18:22-23 (TB)  Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?"

Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?"

Ini Membuktikan perkataan Yesus tidak ditafsir secara hurufiah (literal). Maka tak heran, Sry Novita Pondang dalam papernya bahwa orang-orang Kristen dipanggil untuk memikul pacifisme (tanpa kekerasan) guna mencapai perdamaian. Namun bukan rekonsiliasi/pemulihan yang murahan seperti diungkapkan Ferry Yang. Melainkan harusnya kita mengejar keadilan untuk mencapai rekonsiliasi. Ferry menyatakan perdamaian yang dicapai dari rekonsiliasi karen adanya keadilan. Ini saya setuju dan Alkitab menyatakan bahwa jangan mendendam dan kasih tidak bersukacita dalam ketidakadilan (1 Kor 13:6).

Perdamaian tanpa kekerasan hanya dapat dicapai karna Kasih dari Surga. Melalui Yesus, dilakukan Yesus dan ditunjukkan-Nya dengan mati di kayu salib.

Dengan demikian, apa yang disampaikan Yesus merupakan sikap individu yang mengikuti-Nya. Sebagai "pagar" dari hukum taurat. Kesannya jauh dan sulit, itu pasti! Tetapi Ia memberikan diri-Nya sebagai suri tauladan dan kekuatan. Ya, Kekristenan adalah agama rohaniah bukan jasmaniah. 

Maka, mohon dikoreksi bila ada masih belum menanggalkan manusia lama, maka tanyakan apakah anda mengikuti Yesus dalam Alkitab atau tidak.

Perkataan Yesus ini sulit. Ya memang benar. Roh Kuduslah yang memampukan. Saya pernah mendengar seorang pendeta berbicara "pengampunan itu supranatural" ya membutuhkan dorongan adikodrati (ilahi) untuk melakukannya. Tidak main-main. Teruslah bersandar pada Yesus. 


Contoh praktis: 

1. Seorang perampok memukul saat mengambil paksa barang orang. (Tampar pipi kanan) Hendaknya orang tersebut melaporkan ke pihak yang berwajib ketimbang main hakim sendiri. (Berilah pipi kiri) 

2. Seperti Polemikus menafsirkan ayat-ayat Alkitab sembrono. (Tampar pipi kanan) Kami tidak marah, tidak lapor, tidak membesar-besarkan atau memaki-maki. Melainkan kami menjawab dengan bijak, hormat dan lemah lembut (Berilah pipi kiri). 


Pertanyaan untuk Koh Dondy Tan: 

1. Apakah masih mau seenak jidat menafsirkan kitab suci orang lain, Koh Dondy Tan? 

2. Apa perasaan Anda bila ada orang yang salah atau semena-menamenafsirkan kitab suci anda? 


Kesimpulan:

Jangan menafsirkan kitab suci Kristen secara hurufiah apalagi seenaknya. Pengajaran Yesus dimaksudkan agar setiap orang Kristen memiliki sikap cinta kasih yang berasal dari Kerajaan Allah.

Menjadi Kristen berarti menjadi manusia rohani bukan mengejar pemikiran jasmani. Perdamaian tanpa kekerasan hanya dapat dicapai karna Kasih dari Surga yaitu mengikutu teladan Kristus.


Salam berkat dari Bapa Putera dan Roh Kudus.

Allah yang Esa.

Amin.


Bacaan lebih lanjut: 

1. Norman Geisler dan Thomas Howe, When Critic Asks: A Popular Handbook of Bible Difficulties, Victor Books, 1992, hlm 283.

2. Rita Wahyu, Ditampar Pipi Kanan Berikan Pipi Kiri, 2006. Link: Ditampar Pipi Kanan berilah Pipi Kiri diakses 25 Des 2023.

3. Video YouTube Chanel Rev. Esra Alfred Soru, Apakah artinya memberikan pipi yang lain untuk ditampar?, 2015 Apakah artinya memberikan pipi yang lain untuk ditampar? diakses 24 Des 2023

4. Ferry Yang, Refleksi Teologis tentan Rekonsiliasi sebagai tujuan resolusi konflik, Veritas, 8(1), 2007.

5. R.C. Sproul, Matthew, Illinois: Crossway, 2013, hkm 131-33.

6. Walter C. Kaiser Jr, Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama, Malang: Literatur SAAT, 2015, hlm 61-63.

7. Tondang, Sry Novita. 2023. “‘Jika Ditampar Pipi Kanan, Beri Pipi Kiri’: Pacifisme Kristen Sebagai Wujud Iman Dalam Pendamaian (Reconciliation) Dan Perdamaian (Peace)”. Missio Ecclesiae 12 (2):147-54. https://doi.org/10.52157/me.v12i2.203.


Komentar

  1. Elmu oknum polemikus sdh jelas, comotologi bin cocokologi dg metode tafsir ngawortologi. 🙏🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul! Harus diluruskan fitnahan tersebut.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjawab Tuduhan - Apakah Kristen Progresif Masuk Arus Utama?

Apologetika - Syafaat melalui Para Kudus

Doa Puja Yesus: Makna Teologis