Menjawab Tuduhan - Filipus Memberitakan Injil Yesus?
Pada tulisan kali ini, saya akan menjawab tuduhan dari salah tafsir dan pemikiran sesuai video yang beredar di medsos. Perlu diketahui jawaban ini berdasarkan sisi apologetis.
Disclaimer: Mungkin bagi sebagian orang ini terkesan dangkal namun memang hanya informasi yang diperuntukkan bagi pembelaan iman. Di bagian ini pula saya membahas sesuai kajian Kristen tanpa menyinggung yang lain.
Anda dapat menonton video tuduhan dari link berikut: chanel Reaksi Populer
Pembahasan:
Bang Zuma membuat suatu narasi dengan meminjam tafsiran ayat Kis 8:35.
Kisah Para Rasul 8:35 (TB) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Frasa "injil Yesus" diartikan oleh bang Zuma sebagai injil sebenarnya. Ia menanyakan mana injil Yesus yang diberitakan Filipus?
Injil ini berbeda dan bukan injil yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Yang mana Keempat kitab diakui Gereja. Ditambah lagi dengan Yoh 1:43 yang memberikan legalitas dari Yesus kepada Filipus.
Yohanes 1:43 (TB) Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
Benarkah Injil Filipus adalah Injil Yesus? Apakah Gereja lupa memasukkan injil Filipus ke dalam daftar kanon? Bila ini benar maka bang Zuma benar dan Kekristenan salah selama ini. Dengan demikian, menarik untuk dibahas.
Kita mulai dengan studi kata. Kata "Injil" berasal dari Arabisasi dari bahasa Yunani "Euanggelion". Arti kata "Euanggelion" ialah kabar baik. Kabar yang mana yang disebut sebagai kabar baik? Bagi Kristianitas, kabar ini adalah penebusan dosa oleh Yesus Kristus. Bertujuan untuk pemulihan hubungan antara Allah dan manusia.
Kita harus membedakan Injil dari sebutan teman-teman non Kristen dengan Injil dalam Kekristenan. Injil bagi non Kristen adalah berita/pesan yang disampaikan oleh atau melalui Yesus. Sedangkan injil bagi Kristen, Yesus yang mati itulah yang jadi inti pesannya.
Lantas bagaimana dengan keempat injil kanonik? Untuk menjawab ini, bapa Gereja Origen dan Alexandria yang menyatakan hanya ada empat Injil di bawah kolong langit yang berotoritas dan tidak diragukan otentisitasnya. Injil yang ditulis Rasul yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Mereka adalah orang terdekat sekaligus saksi mata Yesus.
Injil bukan hanya cerita biografi Yesus saja, tetapi pesan yang disampaikan oleh gerejapun sama dan berkesinambungan yaitu Yesus Kristus, sang Mesias dan Juruselamat dari Allah. Oleh sebab itu, harus diluruskan bahwa injil kanonik dalam Perjanjian Baru adalah Yesus Kristus itu sendiri. Berbeda dengan makna injil bagi non Kristen.
1. Meluruskan Tafsir Kis 8:35 dan Yoh 1:48
a. Kita akan melihat beberapa terjemahan yang ayat ini:
Kisah Para Rasul 8:35 (TB) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya
Bahasa Yunani: de Phillipos arxamenos apo tautes graphe kai euengelisato iesoun
Kisah Para Rasul 8:35 (BIMK) Maka Filipus pun mulai berbicara; ia memakai ayat-ayat itu sebagai permulaan untuk memberitakan Kabar Baik tentang Yesus kepada pegawai tinggi itu.
Acts 8:35 (KJV) Then Philip opened his mouth, and began at the same scripture, and preached unto him Jesus.
Acts 8:35 (NIV) Then Philip began with that very passage of Scripture and told him the good news about Jesus.
Acts 8:35 (ESV) Then Philip opened his mouth, and beginning with this Scripture he told him the good news about Jesus.
Bila kita membandingkan beberapa terjemahan yang konsisten menerjemahkan Injil tentang Yesus. Terjemahan baru terlihat berbeda. Ini dikarenakan LAI ingin mempertahankan kata asli dan harusnya konteksnya sudah dapat dimengerti oleh orang Indonesia yang membaca. Timbullah mispersepsi padahal ini tidak membingungkan.
Kemudian, adapula orang yang membaca kata "injil" di situ dengan kacamata teologi non Kristen malahan menjadi sesat pikir. Seolah-olah sebagai sebuah pengajaran tersendiri yang dibawa oleh Yesus. Seperti saya sebutkan di atas, Kristianitas mengartikan Injil berpusat pada Yesus sebagai berita utama. Bukan saja, berita oleh Yesus melainkan berita tentang Yesus. Tepatnya Karya-Nya.
Apologet Andrey Thunggal menyatakan bahwa akan sangat berbahaya dan tidak tepat melandaskan doktrin hanya satu ayat.
Bila kita mau sedikit membaca keseluruhan perikop. Kejadian Filipus dan sida-sida Etiopia sebagai perkabaran injil kepada orang non Yahudi. Saat orang Etiopia itu membuka kitab Yesaya, ia tidak mengerti bagian seekor domba yang dibawa ke Pembantaian (Kis 8:32-33). Kemudian ayat selanjutnya.
Kisah Para Rasul 8:34 (TB) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?"
Barulah ayat 35:
Kisah Para Rasul 8:35 (TB) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Jadi, apa yang diberitakan Filipus? Yaitu Berita tentang Yesus Kristus yang telah mati. Bahkan menggenapi nas dari Kitab Yesaya yang sedang dibaca oleh Orang Etiopia tersebut. Demikian tidak ada injil lain yang disampaikan Filipus. Dari Kisah Para Rasul hingga sekarang, berita injil adalah Yesus Kristus yang mati, bangkit dan naik ke Surga. Tidak ada perbedaan tentang hal tersebut. Bagi Kristianitas, Ia adalah Mesias yang telah dinubuatkan di Perjanjian Lama.
Jadi, bukan injil Yesus secara harafiah melainkan parafrase "berita baik tentang Yesus". Artinya Injil ini berkaitan dengan peristiwa: siapa, bagaimana, mengapa Yesus hadir dan mati.
b. Yoh 1:43
Yohanes 1:43 (TB) Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
Bagu bang Zuma, ini panggilan yang legalitas makanya Filipus diberitahu dan membawa injil Yesus. (Menit 5:10-5:15).
Jika Bang Zuma mau menggunakan frase "ikutlah Aku" secara konsisten menyatakan legalitas. Maka, bagaimana dengan murid-murid yang lain?
Matius 4:18-19 (TB) Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Markus 2:14 (TB) Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.
Frasa "Ikutlah Aku", merupakan panggilan kerelaan untuk mengikuti Yesus sebagai murid-Nya. Baik hidup dan mati dengan-Nya. Tafsir Matius oleh Sproul menyatakan bagian ini ada komitmen mengikuti Yesus, pengakuan akan Yesus sebagai penguasa hidup mereka, dan tunduk pada otoritasnya.
Namun, Untuk mengaitkan dengan problem tafsir Zuma, maka frasa ini membuktikan murid lainpun ada legalitas bukan hanya Filipus. Inilah mengapa Polemikus hanya suka mengutip dan menggunakan ayat sesuka hati sesuai keinginan. Asal untuk dirinya bagus dan sesuai argumen dipakai. Padahal tidak demikian maksud penulisnya.
Jadi, tidak ada celah bang Zuma memakai ayat ini seenaknya. Semua rasul adalah saksi mata mereka dihormati Gereja, yang pengajarannya berotoritas dan berwibawa.
2. Validitas Injil Filipus - Injil Palsu
Salah satu injil Filipus pernah didapatkan di Nag Hammadi, salah satu penemuan manuskrip di Mesir. Setelah ditelusuri dan dinilai. Injil Filipus termasuk ke dalam injil Gnostik. Arti "gnostik" ialah pengetahuan, yang mengindikasikan orang yang memiliki pengetahuan yang mengantarkan keselamatan. Josh McDowell menyebutkan bahwa Gnostisisme berpusat pada pengetahuan (Yunani: Gnosis).
Ajaran Gnostik mencari pengajaran bersifat rahasia dan pengetahuan tersembut. Maka bila percampuran Gnostik dan Kristen membuat perubahan paradigma. Yesus yang sebenarnya seorang Juruselamat dan Yesus guru kebijaksanaan. Inilah menjadi tantangan gereja yang harus dilawan. Jika tidak, mengakibatkan terjadi pergeseran pesan atau karya Yesus.
Maka, sudah dari dahulu, injil palsu menggunakan nama Rasul bertujuan mendongkrak popularitas tulisan. Agar bernilai, berotoritas dan dipercayai. Selain injil Filipus, adapula injil Thomas (sudah tenar dan dibuat buku The Five Gospel karya Robert Funk, dosen perjanjian baru yang liberal), Injil Maria Magdalena, Injil Yudas, Injil Petrus dan sebagainya.
Nah, dengan adanya kesimpangsiuran maka gereja mengamankan tulisan-tulisan yang tidak berotoritas. Yang tidak diakui karena isinya tidak jelas. Hingga tahun 397 M di Kartago maka terjadi Kanonisasi Perjanjian Baru yang kita punya sekarang.
Luthy dalam bukunya Sejarah Penyalinan Perjanjian Baru merangkumkan beberapa kriteria masuknya Tulisan dalam Kanon:
1. Kerasulan: harus ditulis oleh seorang Rasul, catatan tertulis ajaran rasul atau memiliki hubungan eret dengan Yesus;
2. Ortodoksi: presentasi dari ajaran Yesus dan ajaran turun temurun Rasul bukan Gnostisisme atau yang lainnya;
3. Kuno: harus dituliskan pada abad pertama (zaman rasul);
4. Universalitas: sudah diakui gereja-gereja. Kitab tidak akan dimasukkan kanon bila hanya dibacakan oleh satu gereja.
Hal ini sejalan dengan Uskup Daniel Byantoro (Gereja Ortodoks Indonesia) dalam sejarah Gereja yang dipaparkan, bahwa kitab yang masuk kanon: dapat menonton lebih lanjut Sejarah Kanonisasi Alkitab oleh Uskup Daniel Byantoro
1. Ditulis oleh Rasul atau orang terdekat dari Rasul;
2. Ditulis di zaman Rasul hidup;
3. Surat/kitab yang ditulis harus sesuai ajaran rasul dari Kristus!
4. Diterima dan dibacakan pada tiga pusat gereja: Alexandria (Mesir), Roma (Italia) dan Antiokhia (Siria);
5. Ajarannya mencerminkan kebenaran dan kekudusan.
Apakah kitab itu menjadi berotoritas setelah kanon? Jawabannya tidak. Ini pemikiran yang keliru. Sebelum kanon surat/tulisan itu sudah berwibawa dan berotoritas. Luthy menyatakan kanonisasi bukan bertujuan untuk mematok mana yang menjadi pegangan gereja.
Luthy mengutip dari F. F. Bruce bahwa "gereja memandang kitab-kitab tersebut masuk ke dalam kanon karena Gereja sudah menganggap kitab-kitab tersebut diilhami secara ilahi, memiliki otoritas rasul langsung maupun tidak langsung"
Jadi, bukan karena kanonisasi maka tulisannya berotoritas, melainkan kanonisasi dilakukan karena kitab itu sudah diakui otoritasnya. Selain itu, sejarah perjalanan gereja terdapat tantangan ajaran sesat dengan kitab yang mereka tonjolkan seperti Marsionisme dan Gnostisisme. Marsion salah satu bidat yang berani membuang kitab "berbau" Yahudi. Gnostisisme dengan kitab-kitab bertemakan kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan di injil Kanonik apalagi ada pengajaran rahasia.
Sebelum kanonisasi Kartago, beberapa tulisan sudah dikumpulkan dan menjadi daftar kanon:
1. Kanon Athanasius: uskup Alexandria ini membuat daftar 27 kitab yang kemudian persis dengan apa yang dikanonkan;
2. Fragmen Muratori: Daftarnya ads 22 dari 27 kitab Perjanjian baru yang kita pegang: keempat Injil, Kisah Para Rasul, 13 surat Paulus, Yudas, 1 dan 2 Yohanes (mungkin 3 Yohanes juga termasuk) Wahyu. Fragmen ini tidak menyebut Ibrani, Yakobus dan surat 1 dan 2 Petrus;
3. Kanon Eusebius: mengkategorikan tulisan Kristen menjadi (a) diakui; (b) diperdebatkan; (c) palsu; (d) sesat. Semua 27 kitab perjanjian baru termasuk dua kategori teratas.
Tujuan saya memberitahu hal di atas membuktikan adanya kitab-kitab yang sudah diakui dan dibaca oleh gereja. Bahwa ada 27 Kitab Perjanjian baru yang semuanya dibaca gereja kala itu. Dan tidak terlihat adanya Injil Filipus.
Pertanyaan sekarang Injil Filipus apakah masuk ke dalamnya kriteria Kanon?
Mari kita lihat, salah satu penggalan kalimat dalam Injil Filipus sbb:
"Manusia berhubungan seks dengan manusia, kuda berhubungan seks dengan kuda, keledai berhubungan seks dengan keledai. Anggota suatu spesies berhubungan seks dengan anggota spesies yang sama. Demikian juga ruh bersetubuh dengan ruh, kata bercampur dengan kata, cahaya bercampur [dengan cahaya]. . jika [kamu] menjadi manusia, [manusia] akan mencintaimu. Jika Anda menjadi [roh], roh akan bersatu dengan Anda. Jika Anda menjadi kata, kata akan bersetubuh dengan Anda."
Ada pula kisah dalam Injil Filipus, Yesus mencium Maria.
Simcha Jacobovici dan Barrie Wilson dalam the Lost Gospel menyatakan beberapa kali dalam buku mereka yang kontroversial dan fenomenal tersebut. "beberapa tulisan Gnostik seperti Injil Filipus berbicara tentang kamar pengantin surgawi sebagai sebuah sakramen, yaitu sebuah ritual suci."
Mengapa gereja tidak menerima pengajaran Injil Filipus?
1. Isinya Tidak mencerminkan ajaran Yesus.
Ya benar bagi Injil Filipus, seksual adalah kunci menuju keselamatan roh. Apakah termasuk ajaran Yesus di abad I sesuai syarat Kanon? Jelas melenceng!
Pesan kekudusan yang dibawa melainkan terdistorsi dari injil sesungguhnya. Yesus mencium Maria merupakan sesuatu yang janggal. Maka ini mengantarkan Yesus plinplan dalam mengajarkan kekudusan. Jelaslah ini tidak masuk empat kriterai yang dipaparkan di atas oleh Luthy.
2. Waktu penulisan,
Pada buku The Lost Gospels yang samapun mengakui tulisan injil Filipus ditulis pada abad III M (ada sumber lain: pertengahan abad IV) yang kemungkinan dalam bahasa Yunani. Apakah sama waktu dengan Injil Kanonik yang masuk kriteria kanon? Jelas tidak! Karena terlalu jauh dengan rentang penulisan.
3. Pengarangnya bukan Rasul Filipus
Apakah pengarang Injil Filipus adalah Filipus murid Yesus? Memang Filipus termasuk dalam dua belas Rasul. Tetapi anehnya mengapa Gereja tidak mengakui, meski Injil ini ditulis pada abad III M.
Hal ini disebabkan bukan Rasul yang bersangkutan yang menulis.
Kapankah Rasul Filipus meninggal? Foxes dalam bukunya Fox's Book of Martyrs menyatakan rasul Filipus mati di Heliopolis, Frigia. Rasuk Filipus dicambuk, dimasukkan ke dalam penjara dan disalibkan tahun 54. Jadi, siapakah yang menulis Injil Filipus abad III padahal menurut sejarah Filipus telah mati di tahun 54 (Abad I)?
Craig A Evans, Ahli Perjanjian Baru menyatakan dalam bukunya Merekayasa Yesus. Tidak mudah bagi injil yang salah menggambarkan kehidupan dan ajaran Yesus disaat banyak pengikut Yesus yang siap menentang berbagai penyelewengan. Bahkan Evans menantang para muridnya untuk membaca sendiri tulisan injil apokrifa (palsu) ini. Saya setujupula ketika Evans mengungkapkan sangat tidak adil bagi tulisan berotoritas Injil Perjanjian Baru yang digunakan Gereja digeser dan tidak diterima sedangkan injil gnostik diterima dan disambut baik tanpa pertanyaan kritis bagi orang banyak.
Bila bang Zuma ingin mengesahkan injil Filipus dengan mengutip injil Gnostik maka ia harus konsisten menggunakannya. Jangan mengutip Kitab Suci Kristen. Silahkan Bang Zuma menemukan kisah Yesus lain yang tidak diimani oleh orang Kristen. Karena Kristianitas mengakui dan mengimani Injil Kanonik dan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.
Kesimpulan:
Filipus memberitakan injil tentang Yesus Kristus. Berita baik tentang keselamatan yang dikerjakan-Nya. Sedangkan Injil Filipus abad III adalah tulisan Gnostik masuk kategori Apokrifa (Palsu).
Injil Filipus bukan ditulis oleh Rasul bersangkutan, tidak kuno (jauh dari masa hidup Rasul atau Yesus), tidak dibaca di gereja lain dan pengajarannya bukan ajaran yang diakui orang Kristen saat itu.
Untuk Bang Zuma: Jangan membuat argumen atau doktrin hanya karena beberapa ayat. Tanpa melihat konteks dekat maupun jauh.
Bacaan lebih lanjut:
1. Marvin Pate dan Sherlyn Pate, Disalibkan oleh Media, Yogyakarta: ANDI, 2005.
2. Craig A Evans, Merekayasa Yesus, Yogyakarta: ANDI, 2006
3.John Foxes, Fox's Book of Martyrs, Gutenberg Project, 2007.
4. Michael J. Kruger, The Question of Canon: Challenging Status Quo in New Testament Debate, Downer Grove: InterVasity, 2013.
5. Simcha Jacobovici dan Barrie Wilson, The Lost Gospel, New York: Pegasus Book, 2014
6. Josh McDowell, The Evidence demands Verdict, Nashville: Thomas Nelson, 2017.
7. Christopher Luthy, Sejarah Penyaliban Kitab Perjanjian Baru: Dapatkah kita mempercayainya?, Yogyakarta: ANDI, 2020
.
Sebaiknya di jadikan 2 artikel, krn isinya padat, dan meluas, coba step by step, krn pembaca kbanyakan kaum awam
BalasHapusOke terima kasih. Saran yang baik.
BalasHapus